Jumat, 27 Mei 2016

MANUSIA SELALU BERPIKIR RUMIT ATAS HAL YANG SEDERHANA

Dalam suatu Training Managerial, kepada para peserta ditanyakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui pola pikir para peserta.
Bagaimana cara memasukkan gajah ke dalam Kulkas?
Para peserta saling berpandangan satu dengan yang lain, ketika diminta angkat tangan bagi yang bisa menjawab, tidak ada yang angkat tangan. Berarti seluruh peserta bingung dan mungkin berpikir:
  • Ukuran gajah kan lebih besar dari kulkas, tidak mungkin lah, ada-ada saja pertanyaannya
  • Belum pernah ada dalam sejarah gajah masuk kulkas
  • Gak ada gunanya, buat apa memasukkan gajah ke dalam kulkas
  • Gajahnya dipotong-potong jadi kecil dulu, dan mungkin diperlukan 2 kulkas untuk satu gajah
  • Nggak tahu
  • Dan berbagai pemikiran lainnya

Semakin bertambah usia, semakin banyak pengalaman hidup dan ilmu yang dimiliki, seseorang akan semakin banyak pertimbangan, menggali informasi saat mencari jawaban atas satu masalah. Apakah hal ini salah? Tentu saja tidak, justru demikian seharusnya agar menemukan solusi paling tetap.

Tapi dalam kasus petanyaan di atas, seharusnya tidak perlu mengakses informasi macam-macam, tidak perlu pusing cara detilnya bagaimana. Pertanyaan sederhana, yaa jawab dengan sederhana saja. Cara memasukkan gajah ke dalam kulkas adalah “buka kulkas, masukkan gajah, tutup kulkas”. Sesederhana itu.

Pola pikir penuh pertimbangan
Itulah gunanya kita harus terus menerus belajar, menambah ilmu, mengupdate informasi, memperkaya wawasan. Istilah saya di artikel yang lain, bahwa satu ilmu ibarat seperti anak kunci, semakin banyak ilmu semakin banyak kunci yang bisa digunakan untuk membuka gembok permasalahan yang beragam, tinggal disesuaikan kunci yang pas.

Ingat pada saat anak-anak, atau kalau tidak ingat, perhatikan bagaimana pola pikir anak kecil, spontan dan tanpa berpikir dalam memutuskan sesuatu. Ketika belajar berjalan, jatuh bangun lagi, jatuh bangun lagi, begitu seterusnya. Kenapa? Yaa anak kecil tahunya cuma satu hal, secara naluriah kalau jatuh ya bangun. Bedakan dengan orang dewasa, apakah masih bisa bersikap seperti anak kecil saat menghadapi masalah? Tidak. Terlalu banyak pertimbangan yang diakibatkan oleh kumpulan-kumpulan informasi yang didalam sebagai pengalaman hidup selama ini. Kalau jatuh, segera bangun yaa, tapi jangan jalan lagi, pengalaman yang sudah-sudah pada saat jatuh yang ke-2 akan terjadi luka, dan jatuh yang ke-3 bisa mengakibatkan kematian. Jadi tidak perlu dilanjutkan. Dan lagi malulah kalau jatuh lagi dan jatuh lagi, gak enak dilihat orang lain, Anda jadi orang lemah di mata orang lain.

Baca lagi kisah ikan mullet berikut: Seorang profesor melakukan percobaan dengan memasukkan ikan barracuda kedalam sebuah akuarium besar dan didalamnya juga dimasukkan ikan mullet (ikan kecil makanan untuk ikan barracuda tersebut) tetapi dalam akuarium tersebut dibatasi oleh sebuah kaca tembus pandang. Dan ketika ikan barracuda tersebut melihat ikan kecil tersebut dengan cepat ia menyerangnya dan apa yang terjadi ? ikan barracuda tersebut menabrak kaca pembatas tersebut, kemudian ikan barracuda tersebut mengulanginya hingga 3 kali sehingga ia merasa kesakitan. Akhirnya di barracuda menimpulkan bahwa MENGEJAR IKAN MULLET ITU MENYAKITKAN. Bahkan saat kaca pembatas sudah tidak ada sekalipun, barracuda tidak akan mengejar ikan mullet, karena berdasarkan pengalaman “mengejar ikan mullet itu menyakitkan”

Kumpulan informasi yang di dapat dari pengalaman hidup, kadang membuat kita menjadi barracuda.

Tetaplah menjadi spontan
Orang ‘pintar’ terlalu banyak pertimbangan sehingga tidak kunjung melangkah karena terlalu pandai menganalisis - Bob Sadino

Orang spontan tidak terlalu banyak berpikir, Action langsung. Just do it!

Lakukan saja apa yang menurut Anda bisa dilakukan, jangan terlalu banyak pertimbangan, bisa jadi waktu yang  paling tepat untuk melakukan adalah sekarang. Bagaimana jika gak jalan? bagaimana bila tidak sesua harapan? bagaimana jika biayanya besar? bagaimana jika tidak disupport? bagaimana jika ini / itu? Lupakan pertanyaan tersebut. Mark Zuckerberg bilang, jangan tunggu semua sempurna baru action, mulailah, seiring dengan waktu bisa dilakukan penyempurnaan.

Terlalu banyak berpikir kadang membuat kita  merasa takut karena melihat resiko, terlalu berhati-hati (jangan-jangan) atau bahkan membuat kita pesimis karena kita sangat lihai melihat ketidak-mungkinan. Pakailah pengalaman yang Anda, bahwa banyak hal yang awalnya terlihat tidak mungkin bisa saja terjadi. Andapun pasti sering mengalaminya. Ditambah lagi dengan keyakinan kita pada janji Tuhan, selama mau berusaha akan ada solusinya.

Tenjunlah, dan semua baik-baik saja

Terjun dari papan lompat ke kolam renang di bawah sering menjadi momok bagi anak-anak, bahkan kita yang dewasa juga sering takut-takut untuk melompat. Lompat saya, dijamin semua baik-baik saja kok. Menghadapi meeting presentasi ke direksi membuat Anda demam selama 2 hari sebelumnya, membuat tidak bisa tidur, bolak balik memperbaiki materi presentasi takut ada yang salah, merubah tampilan supaya bos terksesima. Saran saya, presentasi saja, apa yang kita takutkan tidak pernah terjadi, rasa takut hanya ada sebelum kita terjun. Jadi ya, melompat saja.

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 27 Mei 2016

MANUSIA SELALU BERPIKIR RUMIT ATAS HAL YANG SEDERHANA

Dalam suatu Training Managerial, kepada para peserta ditanyakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui pola pikir para peserta.
Bagaimana cara memasukkan gajah ke dalam Kulkas?
Para peserta saling berpandangan satu dengan yang lain, ketika diminta angkat tangan bagi yang bisa menjawab, tidak ada yang angkat tangan. Berarti seluruh peserta bingung dan mungkin berpikir:
  • Ukuran gajah kan lebih besar dari kulkas, tidak mungkin lah, ada-ada saja pertanyaannya
  • Belum pernah ada dalam sejarah gajah masuk kulkas
  • Gak ada gunanya, buat apa memasukkan gajah ke dalam kulkas
  • Gajahnya dipotong-potong jadi kecil dulu, dan mungkin diperlukan 2 kulkas untuk satu gajah
  • Nggak tahu
  • Dan berbagai pemikiran lainnya

Semakin bertambah usia, semakin banyak pengalaman hidup dan ilmu yang dimiliki, seseorang akan semakin banyak pertimbangan, menggali informasi saat mencari jawaban atas satu masalah. Apakah hal ini salah? Tentu saja tidak, justru demikian seharusnya agar menemukan solusi paling tetap.

Tapi dalam kasus petanyaan di atas, seharusnya tidak perlu mengakses informasi macam-macam, tidak perlu pusing cara detilnya bagaimana. Pertanyaan sederhana, yaa jawab dengan sederhana saja. Cara memasukkan gajah ke dalam kulkas adalah “buka kulkas, masukkan gajah, tutup kulkas”. Sesederhana itu.

Pola pikir penuh pertimbangan
Itulah gunanya kita harus terus menerus belajar, menambah ilmu, mengupdate informasi, memperkaya wawasan. Istilah saya di artikel yang lain, bahwa satu ilmu ibarat seperti anak kunci, semakin banyak ilmu semakin banyak kunci yang bisa digunakan untuk membuka gembok permasalahan yang beragam, tinggal disesuaikan kunci yang pas.

Ingat pada saat anak-anak, atau kalau tidak ingat, perhatikan bagaimana pola pikir anak kecil, spontan dan tanpa berpikir dalam memutuskan sesuatu. Ketika belajar berjalan, jatuh bangun lagi, jatuh bangun lagi, begitu seterusnya. Kenapa? Yaa anak kecil tahunya cuma satu hal, secara naluriah kalau jatuh ya bangun. Bedakan dengan orang dewasa, apakah masih bisa bersikap seperti anak kecil saat menghadapi masalah? Tidak. Terlalu banyak pertimbangan yang diakibatkan oleh kumpulan-kumpulan informasi yang didalam sebagai pengalaman hidup selama ini. Kalau jatuh, segera bangun yaa, tapi jangan jalan lagi, pengalaman yang sudah-sudah pada saat jatuh yang ke-2 akan terjadi luka, dan jatuh yang ke-3 bisa mengakibatkan kematian. Jadi tidak perlu dilanjutkan. Dan lagi malulah kalau jatuh lagi dan jatuh lagi, gak enak dilihat orang lain, Anda jadi orang lemah di mata orang lain.

Baca lagi kisah ikan mullet berikut: Seorang profesor melakukan percobaan dengan memasukkan ikan barracuda kedalam sebuah akuarium besar dan didalamnya juga dimasukkan ikan mullet (ikan kecil makanan untuk ikan barracuda tersebut) tetapi dalam akuarium tersebut dibatasi oleh sebuah kaca tembus pandang. Dan ketika ikan barracuda tersebut melihat ikan kecil tersebut dengan cepat ia menyerangnya dan apa yang terjadi ? ikan barracuda tersebut menabrak kaca pembatas tersebut, kemudian ikan barracuda tersebut mengulanginya hingga 3 kali sehingga ia merasa kesakitan. Akhirnya di barracuda menimpulkan bahwa MENGEJAR IKAN MULLET ITU MENYAKITKAN. Bahkan saat kaca pembatas sudah tidak ada sekalipun, barracuda tidak akan mengejar ikan mullet, karena berdasarkan pengalaman “mengejar ikan mullet itu menyakitkan”

Kumpulan informasi yang di dapat dari pengalaman hidup, kadang membuat kita menjadi barracuda.

Tetaplah menjadi spontan
Orang ‘pintar’ terlalu banyak pertimbangan sehingga tidak kunjung melangkah karena terlalu pandai menganalisis - Bob Sadino

Orang spontan tidak terlalu banyak berpikir, Action langsung. Just do it!

Lakukan saja apa yang menurut Anda bisa dilakukan, jangan terlalu banyak pertimbangan, bisa jadi waktu yang  paling tepat untuk melakukan adalah sekarang. Bagaimana jika gak jalan? bagaimana bila tidak sesua harapan? bagaimana jika biayanya besar? bagaimana jika tidak disupport? bagaimana jika ini / itu? Lupakan pertanyaan tersebut. Mark Zuckerberg bilang, jangan tunggu semua sempurna baru action, mulailah, seiring dengan waktu bisa dilakukan penyempurnaan.

Terlalu banyak berpikir kadang membuat kita  merasa takut karena melihat resiko, terlalu berhati-hati (jangan-jangan) atau bahkan membuat kita pesimis karena kita sangat lihai melihat ketidak-mungkinan. Pakailah pengalaman yang Anda, bahwa banyak hal yang awalnya terlihat tidak mungkin bisa saja terjadi. Andapun pasti sering mengalaminya. Ditambah lagi dengan keyakinan kita pada janji Tuhan, selama mau berusaha akan ada solusinya.

Tenjunlah, dan semua baik-baik saja

Terjun dari papan lompat ke kolam renang di bawah sering menjadi momok bagi anak-anak, bahkan kita yang dewasa juga sering takut-takut untuk melompat. Lompat saya, dijamin semua baik-baik saja kok. Menghadapi meeting presentasi ke direksi membuat Anda demam selama 2 hari sebelumnya, membuat tidak bisa tidur, bolak balik memperbaiki materi presentasi takut ada yang salah, merubah tampilan supaya bos terksesima. Saran saya, presentasi saja, apa yang kita takutkan tidak pernah terjadi, rasa takut hanya ada sebelum kita terjun. Jadi ya, melompat saja.

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar