Jumat, 17 Agustus 2018

JAMAN DIGITAL


Sekarang ini, saya tidak pusing ketika ketinggalan dompet dan nggak bawa uang, yang penting tidak ketinggalan hape.

Bagaimana tidak.! Saat ini semua kebutuhan hidup saya sudah bisa dipenuhi oleh 1 smartphone saja. Naik commuter dan busway pakai tiket elektronik (selama saldo masih ada bahagialah kita), lanjut naik ojek online pakai e-money, ngopi di caffe bayar pakai e-money, makan di warung kantin juga bisa dibayar pakai e-money. Dalam hal ini tentu saya tidak perlu resah saat tidak membawa uang cash. Kalau terpaksa harus ada transaksi pakai account Bank, tinggal buka mobile banking.

Membangun Database dahulu, panen bisnis kemudian

Saat ini ada 4 starup di Indonesia yang masuk atau berstatus unicorn, yang artinya dengan valuasi (nilai aset perusahaan) lebih dari 1milyar dolar (Rp 13.8 Triliun). Gojek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak. Gojek menjadi jawara dengan valuasi 61,6 triliun. (sumber: katadata.id)

Konon ke-empat perusahaan ini masih merugi (alias belum BEP), namun demikian investor terus berdatangan menyuntikkan dana pada mereka. Tentu saja bisnis ke-empat Starup ini ada di jalan yang benar di jaman yang benar.

Tengok bagaimana Gojek yang selama 6 tahun memberikan subdisi kepada para tukang ojeknya, sehingga kita sebagai pelanggan jadi mendapatkan ojek murah, bisa 1/3 bahkan 1.4 lebih murah dari ojek pangkalan. Kenapa bisa murah? Ya Subsidi. Saat ada 3 ojol, gojek, uber dan grab... saya sebagai penumpang akan pilih salah satu yang ada diskon besar. Kadang pakai gojek yang sedang diskon 50%, kadang pakai uber yang cuma Rp 1 rupiah, kadang pakai Grab yang lagi promo gratis (sayang uber sudah tidak ada). Subsidi besar-besarnya ini bisa kita lihat sebagai upaya mengumpulkan sebanyak-banyaknya pengguna layanan Ojek online.

Pelanggan download Aplikasi, registrasi dengan memasukkan data penting (termasuk nomer hape dan email) dan selanjutnya menikmati layanan. Setelah lebih dari 6 tahun gojek berhasil didowbload dan digunakan oleh lebih dari 10 juta pelanggan. Wow... (maksudnya bisa dibayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan gojek untuk mendapatkan 11 juta data ini). Begitupun dengan ojek online yang lain.

Tapi coba kita lihat sekarang, dalam 1 minggu ada lebih dari 15 juta transaksi (atau 60 juta transaksi per bulan). Wow.... Transaksi penumpang ojek tentu saja. Tapi sejak 2 tahun lalu (kalau tidak salah) gojek dengan gopay-nya (e-wallet) melayani banyak transaksi. Mulai dari bayar makanan di warung di kantir, beli pulsa, bayar listrik, beli token, go-food dan layanan gojek yang lainnya. Itung-itungan kalau ada 15 juta orang beli pulsa = 15 juta x Rp 1000 = 15 M, ya kalau beli pulsanya cuma 1 kali, kalau 2 kali, kalau 4 kali? Itu dari beli pulsa.

Dengan lebih dari 10 juta register di aplikasi Gojek, banyak sekali layanan yang bisa diadakan di aplikasi gojek, yang dulunya dan sekarang kita kenal dengan layanan “ojek saja”, sekarang mau apapun bisa dilayani oleh Gojek. Ada multibiler, bayar BPJS, PLN, Multifinance, TV kabel, dan lainnya. 10 juta pelanggan Gojek apakah punya kebutuhan tersebut? Apakah beli pulsa? Apakah beli tokel listrik, apakah perlu bayar tagihan TV, dll tentu saja...

Bila saja 10 juta orang ini menghabiskan 3 juta gajinya dalam sebulan melalui aplikasi gojek = ini artinya ada 30 triliun uang yang ditransaksikan melalui Go-jek.. wow. Atau dengan hitungan 60 ribu transaksi / bulan dengan fee per transaksi @Rp 1,500 = Rp 90 milyar. Ya kalau fee-nya hanya 1,500... karena bayar BPJS atau PDAM fee-nya bisa 6,500

Terjawab sudah kenapa Subsidi tukang ojek masih berlangsung, kenapa tukang ojek mendapatkan insentif saat berhasil menjual go-pay, kenapa pemakai go-pay diberikan benefit lebih? Bisnis-nya di Go-pay, wallet milik gojek ini.

Bagaimana dengan starup yang lain? Kurang lebih sama.

Payment Gateway dan Multibiller

Kita kenal banyak sekali perusahaan payment gateway dan multibiller. Ada yang payment gateway saja, ada yang multibiller saja. Ada yang dua-duanya dalam satu perusahaan. Payment gateway, contohnya ketika kita membeli suatu barang ada panyak pilihan cara bayar, semakin banyak pilihan semakin asyik. Naah pilihan bayar ini milik dari perusahaan payment gateway. Di Gojek bisa bayar PNL, bisa bayar ini – itu... ini adalah multibiller. Gojek bisa saja kerjasama satu per satu dengan masing-masing, misal dengan PLN, dengan TV kabel, dengan PDAM (PDAM ada lebih dari 100 cabang mesti kontrak satu per satu). Tapi untuk lebih mudahnya, sudah ada perusahaan yang memiliki jaringan ini, kita tinggal kerjasama saja. Selain di Gojek yang tadi sudah kita bahas, masih banyak lagi, di Paytren bisa bayar apapun termasuk beli pulsa, di bebas bayar, di bukalapak, di tokopedia, dan ada ratusan starup yang memudahkan kehidupan kita dengan layanan bayar beli apapun ini.

Bisnisnya adalah fee per transaksi. Nilainya kecil tapi dengan volume jutaan transaksi sama dengan banyak.

Dengan demikian siapa yang diuntungkan? Pelanggan tentu saja. Karena hidup jadi lebih mudah, cukup dengan smartphone semua urusan selesai. Kedua, karena persaingan startup mereka akan melakukan promo untuk memikat pelanggan, kita lagi yang diuntungkan.

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 17 Agustus 2018

JAMAN DIGITAL


Sekarang ini, saya tidak pusing ketika ketinggalan dompet dan nggak bawa uang, yang penting tidak ketinggalan hape.

Bagaimana tidak.! Saat ini semua kebutuhan hidup saya sudah bisa dipenuhi oleh 1 smartphone saja. Naik commuter dan busway pakai tiket elektronik (selama saldo masih ada bahagialah kita), lanjut naik ojek online pakai e-money, ngopi di caffe bayar pakai e-money, makan di warung kantin juga bisa dibayar pakai e-money. Dalam hal ini tentu saya tidak perlu resah saat tidak membawa uang cash. Kalau terpaksa harus ada transaksi pakai account Bank, tinggal buka mobile banking.

Membangun Database dahulu, panen bisnis kemudian

Saat ini ada 4 starup di Indonesia yang masuk atau berstatus unicorn, yang artinya dengan valuasi (nilai aset perusahaan) lebih dari 1milyar dolar (Rp 13.8 Triliun). Gojek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak. Gojek menjadi jawara dengan valuasi 61,6 triliun. (sumber: katadata.id)

Konon ke-empat perusahaan ini masih merugi (alias belum BEP), namun demikian investor terus berdatangan menyuntikkan dana pada mereka. Tentu saja bisnis ke-empat Starup ini ada di jalan yang benar di jaman yang benar.

Tengok bagaimana Gojek yang selama 6 tahun memberikan subdisi kepada para tukang ojeknya, sehingga kita sebagai pelanggan jadi mendapatkan ojek murah, bisa 1/3 bahkan 1.4 lebih murah dari ojek pangkalan. Kenapa bisa murah? Ya Subsidi. Saat ada 3 ojol, gojek, uber dan grab... saya sebagai penumpang akan pilih salah satu yang ada diskon besar. Kadang pakai gojek yang sedang diskon 50%, kadang pakai uber yang cuma Rp 1 rupiah, kadang pakai Grab yang lagi promo gratis (sayang uber sudah tidak ada). Subsidi besar-besarnya ini bisa kita lihat sebagai upaya mengumpulkan sebanyak-banyaknya pengguna layanan Ojek online.

Pelanggan download Aplikasi, registrasi dengan memasukkan data penting (termasuk nomer hape dan email) dan selanjutnya menikmati layanan. Setelah lebih dari 6 tahun gojek berhasil didowbload dan digunakan oleh lebih dari 10 juta pelanggan. Wow... (maksudnya bisa dibayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan gojek untuk mendapatkan 11 juta data ini). Begitupun dengan ojek online yang lain.

Tapi coba kita lihat sekarang, dalam 1 minggu ada lebih dari 15 juta transaksi (atau 60 juta transaksi per bulan). Wow.... Transaksi penumpang ojek tentu saja. Tapi sejak 2 tahun lalu (kalau tidak salah) gojek dengan gopay-nya (e-wallet) melayani banyak transaksi. Mulai dari bayar makanan di warung di kantir, beli pulsa, bayar listrik, beli token, go-food dan layanan gojek yang lainnya. Itung-itungan kalau ada 15 juta orang beli pulsa = 15 juta x Rp 1000 = 15 M, ya kalau beli pulsanya cuma 1 kali, kalau 2 kali, kalau 4 kali? Itu dari beli pulsa.

Dengan lebih dari 10 juta register di aplikasi Gojek, banyak sekali layanan yang bisa diadakan di aplikasi gojek, yang dulunya dan sekarang kita kenal dengan layanan “ojek saja”, sekarang mau apapun bisa dilayani oleh Gojek. Ada multibiler, bayar BPJS, PLN, Multifinance, TV kabel, dan lainnya. 10 juta pelanggan Gojek apakah punya kebutuhan tersebut? Apakah beli pulsa? Apakah beli tokel listrik, apakah perlu bayar tagihan TV, dll tentu saja...

Bila saja 10 juta orang ini menghabiskan 3 juta gajinya dalam sebulan melalui aplikasi gojek = ini artinya ada 30 triliun uang yang ditransaksikan melalui Go-jek.. wow. Atau dengan hitungan 60 ribu transaksi / bulan dengan fee per transaksi @Rp 1,500 = Rp 90 milyar. Ya kalau fee-nya hanya 1,500... karena bayar BPJS atau PDAM fee-nya bisa 6,500

Terjawab sudah kenapa Subsidi tukang ojek masih berlangsung, kenapa tukang ojek mendapatkan insentif saat berhasil menjual go-pay, kenapa pemakai go-pay diberikan benefit lebih? Bisnis-nya di Go-pay, wallet milik gojek ini.

Bagaimana dengan starup yang lain? Kurang lebih sama.

Payment Gateway dan Multibiller

Kita kenal banyak sekali perusahaan payment gateway dan multibiller. Ada yang payment gateway saja, ada yang multibiller saja. Ada yang dua-duanya dalam satu perusahaan. Payment gateway, contohnya ketika kita membeli suatu barang ada panyak pilihan cara bayar, semakin banyak pilihan semakin asyik. Naah pilihan bayar ini milik dari perusahaan payment gateway. Di Gojek bisa bayar PNL, bisa bayar ini – itu... ini adalah multibiller. Gojek bisa saja kerjasama satu per satu dengan masing-masing, misal dengan PLN, dengan TV kabel, dengan PDAM (PDAM ada lebih dari 100 cabang mesti kontrak satu per satu). Tapi untuk lebih mudahnya, sudah ada perusahaan yang memiliki jaringan ini, kita tinggal kerjasama saja. Selain di Gojek yang tadi sudah kita bahas, masih banyak lagi, di Paytren bisa bayar apapun termasuk beli pulsa, di bebas bayar, di bukalapak, di tokopedia, dan ada ratusan starup yang memudahkan kehidupan kita dengan layanan bayar beli apapun ini.

Bisnisnya adalah fee per transaksi. Nilainya kecil tapi dengan volume jutaan transaksi sama dengan banyak.

Dengan demikian siapa yang diuntungkan? Pelanggan tentu saja. Karena hidup jadi lebih mudah, cukup dengan smartphone semua urusan selesai. Kedua, karena persaingan startup mereka akan melakukan promo untuk memikat pelanggan, kita lagi yang diuntungkan.

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar