Minggu, 29 Januari 2017

ILMU (YANG DIKUASAI) + PUBLIC SPEAKING = KEREN

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, di awal tahun 40-an, muncul seorang tokoh luar biasa yang sampai saat ini menjadi sosok yang dihormati dan menjadi inspirasi seluruh rakyat Indonesia. Bung Karno, sebagai presiden pertama Indonesia, kita kenal memiliki kemampuan berpidato yang luar biasa, selain sebagai seorang negosiator yang hebat.


Kita mengenal Apple sebagai brand yang sangat hebat, memiliki kualitas produk nomer satu dan selalu sukses di pasaran, sehingga pada bulan september 2016 lalu apple mencatatkan penjualan 1 milyar unit. Bicara Apple tentu tidak bisa terlepas dari sosok pendirinya “Steve Jobs” yang sangat lihai dalam melakukan presnetasi dan bernegosiasi.

Bung Karno dan Steve Jobs adalah contoh tokoh yang sangat sukses di bidangnya masing-masing oleh karena kemampuan komunikasi yang luar biasa, tentu ada faktor lain yang berpengaruh. Dan masih banyak tokoh lain yang bisa kita jadikan contoh sukses, betapa pentingnya kemampuan komunikasi.

Mari kita renungkan, bahwa hampir semua profesi membutuhkan kemampuan untuk present, mempresentasikan diri, pekerjaan, laporan, proposal, produk dan sebagainya. Menjalin relasi membutuhkan kemampuan berkomunikasi, meyakinkan calon klien, memimpin rapat, memimpin team, hubungan dengan rekan kera, dan lainnya

Sukses tanpa Skill Public Speaking ?

Bersyukur karena 2 tahun terakhir saya berkesempatan untuk belajar Public Speaking dari lembaga yang sangat kompeten dalam bidang ini, dan menurut saya yang terbaik di Indonesia saat ini “HeartSpeaks Indonesia”.

Sebelumnya saya mengenal banyak orang-orang yang saya idolakan sangat jago dalam melakukan presentasi di depan banyak orang dan sukses melekukan penjualan. Mereka tidak pernah belajar kaedah-kaedah dalam Public Speaking dan tetap mampu mejalankan tugasnya dengan baik. Saya mulai bertanya, ternyata tanpa perlu belajar secara formal, mereka sukses menjadi seorang pembicara? Banyak temen-temen saya yang merupakan seorang trainer sukses (sukses: order mengalir tanpa henti), dan mereka tidak pernah secara khusus belajar Public Speaking.

Akhirnya saya sadar, sebenarnya kesuksesan mereka bisa berlipat dengan teknik public speaking yang benar, atau bisa jadi kesuksesan mereka akan memudar dengan berjalannya waktu bila tidak menggunakan teknik public speaking yang benar, mereka akan kalah bersaing.

Beberapa waktu lalu, teman saya mem-posting foto kegiatan training dia di salah satu instansi pemerintah. Saya yakin dia bermaksud memberikan inspirasi kepada followernya, dan memang benar, hampir seluruh komen bernada positif dan jempolnya banyak. Tapi dari kacamata public speaking, saya menyadari satu hal, foto tersebut berbicara begitu banyak tentang tidak berhasilnya kegiatan training tersebut. Sang Trainer “temen saya”, nampak begitu antusias dengan gerakan tangan, tapi hampir seluruh Audien yang berjumlah 30-an tidak menatap kepada teman saya, terlihat jelas dari foto. Bahkan ada 2 orang audien yang sedang memegang dan mengamati layar HP, hmmm, memang ada 2 orang yang menatapnya, namun dengan tatapan kosong dan bersandar malas di kursinya. Apa arti semua ini? Bisa jadi, belum ada koneksi antara Trainer dengan audien, bisa jadi audien bosen karena metode trainer monoton, materinya kurang menarik? Atau penyebab lainnya.

Dan, beberapa hari sebelumnya saya bertemu dan ngobrol dengannya untuk urusan bisnis. Dari obrolan tersebut saya menemukan jawaban atas pertanyaan dari foto di atas. Pertama, suara teman saya cempreng, ketika volume ditingkatkan jadi nyaring dan menusuk telinga. Kedua, nada suaranya datar tanpa intonasi dan cenderun lemes. Ketiga, saat presentasi power poin ke saya, wow, background hitam dan beberapa slide merah gelap, tulisan putih. Keempat, body language nya, khususnya eye contact tidak asyik, padahal Cuma ngobrol berdua.

Plus Skil Public Speaking

Temen saya juragan ayam bakar dan seorang trainer spesialis entrepreunership, cukup sukses di dunia persilatan. Minggu lalu saya bertemu dan ngobrol banyak hal, namun sebenarnya ada misi tersembunyi dari saya, yaitu mendapatkan coaching tentang memulai sebuah bisnis, dan tanpa dia sadari saya mendapatkannya.

Sama dengan pertemuan lainnya, saya selalu mengamati lawan bicara dari berbagai aspek public speaking dan kemudian saya bandingkan dengan kesuksesan mereka saat ini. Benar saja, suara dia masih seperti yang dulu, suara tenggorokan yang nyaring. Mengenai hal ini dia mengakui bahwa saat memberikan training, dia bisa menghabiskan beberapa botol air mineral untuk membasahi tenggorokan. Yups, benar sekali, suara tenggorokan akan melukai tenggorokan dan pita suara ketika dilakukan jangka waktu lama. Pertengahan bulan lalu, mentor saya di Public Speaking memberikan training selama 4 hari dari jam 9 pagi sampai jam 21:00 dan tidak kehabisan suara. Saya tidak heran, karena memang beliau sudah jagonya menggunakan suara diafragma, dipakai terus menerus juga tidak akan habis.

Hal yang paling sering saya temui dari temen-temen saya yang berprofesi sebagai trainer adalah masalah body language yaitu “eye contact”, mereka belum melakukannya secara benar.

Akhirnya saya membayangkan, betapa dasyatnya para trainer jago ini ketika melengkapi dirinya dengan ketrampilan public speaking. Training adalah: melakukan delivery ilmu (knowledge skill, karakter) kepada audien. Public Speaking adalah cara delivery.

Bayangkan seorang trainer men-deliver ilmunya dengan metode ceramah (saja), disampaikan dengan suara cempreng, dibantu power poin yang berisi text, tidak menggunakan eye contact dan body language yang tidak disadari. Tentu proses belajar tidak berjalan dengan baik. Padahal dalam public speaking, metode yang bisa digunakan bisa lebih dari 20 jenis, sementara itu yang paling sering digunakan oleh para trainer hanyalah: ceramah, tanya jawab dan beberapa menggunakan video.

Ego

Tidak pernah lelah untuk memberikan pengertian kepada teman-teman yang berprofesi sebagai trainer, atau profesi lainnya, temen-temen yang saya temui untuk mau belajar public speaking. Kemana-mana saya membawa peralatan sulap hanya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa sebagai seorang trainer bisa menggunakan sulap sebagai salah satu metode dalam mendeliver ilmunya.

Berbicara dengan mereka dengan menggunakan eye contact, menggunakan vocal yang benar mulai dari volume, pitch, intonasi dan word emphasing, dan menggunakan visualisasi dengan ipad dalam bentuk video, power poin ataupun image. Tidak jarang saya mengajarkan beberapa ilmu public speaking yang saya miliki dengan cuma-cuma dengan harapan mereka terpancing untuk mengikuti kelas.

Yang saya lakukan bukan semata untuk kepentingan saya berlatih, lebih dari itu saya benar-benar ingin membantu meningkatkan kesuksesan mereka dalam bidangnya masing-masing dengan mengikuti kelas untuk meningkatkan kemampuan public speaking.

Sejauh ini hasilnya belum maksimal…. Sebagian besar temen-temen baik saya masih diselimuti oleh EGO yang begitu kuat, menganggap tidak penting belajar public speaking dan mereka berkata (kelihatan dari sorot matanya) sejauh ini saya sudah cukup sukses, terbukti orderan nggak pernah sepi.

Hmmm oke, saya setuju dengan kalian, dan saya lebih setuju dengan keyakinan saya bahwa dengan meningkatkan skill public speaking kesuksesan akan berlipat ganda.

Vocal Power

Saya hampir lupa… ada satu hal yang dipelajari dalam Public Speaking yaitu mengenai vocal. 21-22 Januari 17 lalu saya berkesempatan mengikuti kelas Vocal Power. Workshop yang khusus belajar tentang teknik vocal selama 3 hari (walaupun ada akhirnya dimampatkan jadi 2 hari). Satu hal dasyat yang saya dapatkan adalah, di ½ hari pertama workshop, saya sudah berhasil menguasai teknik suara diafragma, padahal saya sudah mengupayakannya selama 1 tahun terakhir. Wow… terimakasih pak Errol Jonathans atas kelas Vocal Power yang luar biasa. Semoga saya konsisten untuk berlatih, sehingga kualitas vocal bisa terbentuk dan sudah menjadi otomatis seperti halnya setir mobil yang tanpa pakai mikir lagi.

Salam Public Speaking
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 29 Januari 2017

ILMU (YANG DIKUASAI) + PUBLIC SPEAKING = KEREN

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, di awal tahun 40-an, muncul seorang tokoh luar biasa yang sampai saat ini menjadi sosok yang dihormati dan menjadi inspirasi seluruh rakyat Indonesia. Bung Karno, sebagai presiden pertama Indonesia, kita kenal memiliki kemampuan berpidato yang luar biasa, selain sebagai seorang negosiator yang hebat.


Kita mengenal Apple sebagai brand yang sangat hebat, memiliki kualitas produk nomer satu dan selalu sukses di pasaran, sehingga pada bulan september 2016 lalu apple mencatatkan penjualan 1 milyar unit. Bicara Apple tentu tidak bisa terlepas dari sosok pendirinya “Steve Jobs” yang sangat lihai dalam melakukan presnetasi dan bernegosiasi.

Bung Karno dan Steve Jobs adalah contoh tokoh yang sangat sukses di bidangnya masing-masing oleh karena kemampuan komunikasi yang luar biasa, tentu ada faktor lain yang berpengaruh. Dan masih banyak tokoh lain yang bisa kita jadikan contoh sukses, betapa pentingnya kemampuan komunikasi.

Mari kita renungkan, bahwa hampir semua profesi membutuhkan kemampuan untuk present, mempresentasikan diri, pekerjaan, laporan, proposal, produk dan sebagainya. Menjalin relasi membutuhkan kemampuan berkomunikasi, meyakinkan calon klien, memimpin rapat, memimpin team, hubungan dengan rekan kera, dan lainnya

Sukses tanpa Skill Public Speaking ?

Bersyukur karena 2 tahun terakhir saya berkesempatan untuk belajar Public Speaking dari lembaga yang sangat kompeten dalam bidang ini, dan menurut saya yang terbaik di Indonesia saat ini “HeartSpeaks Indonesia”.

Sebelumnya saya mengenal banyak orang-orang yang saya idolakan sangat jago dalam melakukan presentasi di depan banyak orang dan sukses melekukan penjualan. Mereka tidak pernah belajar kaedah-kaedah dalam Public Speaking dan tetap mampu mejalankan tugasnya dengan baik. Saya mulai bertanya, ternyata tanpa perlu belajar secara formal, mereka sukses menjadi seorang pembicara? Banyak temen-temen saya yang merupakan seorang trainer sukses (sukses: order mengalir tanpa henti), dan mereka tidak pernah secara khusus belajar Public Speaking.

Akhirnya saya sadar, sebenarnya kesuksesan mereka bisa berlipat dengan teknik public speaking yang benar, atau bisa jadi kesuksesan mereka akan memudar dengan berjalannya waktu bila tidak menggunakan teknik public speaking yang benar, mereka akan kalah bersaing.

Beberapa waktu lalu, teman saya mem-posting foto kegiatan training dia di salah satu instansi pemerintah. Saya yakin dia bermaksud memberikan inspirasi kepada followernya, dan memang benar, hampir seluruh komen bernada positif dan jempolnya banyak. Tapi dari kacamata public speaking, saya menyadari satu hal, foto tersebut berbicara begitu banyak tentang tidak berhasilnya kegiatan training tersebut. Sang Trainer “temen saya”, nampak begitu antusias dengan gerakan tangan, tapi hampir seluruh Audien yang berjumlah 30-an tidak menatap kepada teman saya, terlihat jelas dari foto. Bahkan ada 2 orang audien yang sedang memegang dan mengamati layar HP, hmmm, memang ada 2 orang yang menatapnya, namun dengan tatapan kosong dan bersandar malas di kursinya. Apa arti semua ini? Bisa jadi, belum ada koneksi antara Trainer dengan audien, bisa jadi audien bosen karena metode trainer monoton, materinya kurang menarik? Atau penyebab lainnya.

Dan, beberapa hari sebelumnya saya bertemu dan ngobrol dengannya untuk urusan bisnis. Dari obrolan tersebut saya menemukan jawaban atas pertanyaan dari foto di atas. Pertama, suara teman saya cempreng, ketika volume ditingkatkan jadi nyaring dan menusuk telinga. Kedua, nada suaranya datar tanpa intonasi dan cenderun lemes. Ketiga, saat presentasi power poin ke saya, wow, background hitam dan beberapa slide merah gelap, tulisan putih. Keempat, body language nya, khususnya eye contact tidak asyik, padahal Cuma ngobrol berdua.

Plus Skil Public Speaking

Temen saya juragan ayam bakar dan seorang trainer spesialis entrepreunership, cukup sukses di dunia persilatan. Minggu lalu saya bertemu dan ngobrol banyak hal, namun sebenarnya ada misi tersembunyi dari saya, yaitu mendapatkan coaching tentang memulai sebuah bisnis, dan tanpa dia sadari saya mendapatkannya.

Sama dengan pertemuan lainnya, saya selalu mengamati lawan bicara dari berbagai aspek public speaking dan kemudian saya bandingkan dengan kesuksesan mereka saat ini. Benar saja, suara dia masih seperti yang dulu, suara tenggorokan yang nyaring. Mengenai hal ini dia mengakui bahwa saat memberikan training, dia bisa menghabiskan beberapa botol air mineral untuk membasahi tenggorokan. Yups, benar sekali, suara tenggorokan akan melukai tenggorokan dan pita suara ketika dilakukan jangka waktu lama. Pertengahan bulan lalu, mentor saya di Public Speaking memberikan training selama 4 hari dari jam 9 pagi sampai jam 21:00 dan tidak kehabisan suara. Saya tidak heran, karena memang beliau sudah jagonya menggunakan suara diafragma, dipakai terus menerus juga tidak akan habis.

Hal yang paling sering saya temui dari temen-temen saya yang berprofesi sebagai trainer adalah masalah body language yaitu “eye contact”, mereka belum melakukannya secara benar.

Akhirnya saya membayangkan, betapa dasyatnya para trainer jago ini ketika melengkapi dirinya dengan ketrampilan public speaking. Training adalah: melakukan delivery ilmu (knowledge skill, karakter) kepada audien. Public Speaking adalah cara delivery.

Bayangkan seorang trainer men-deliver ilmunya dengan metode ceramah (saja), disampaikan dengan suara cempreng, dibantu power poin yang berisi text, tidak menggunakan eye contact dan body language yang tidak disadari. Tentu proses belajar tidak berjalan dengan baik. Padahal dalam public speaking, metode yang bisa digunakan bisa lebih dari 20 jenis, sementara itu yang paling sering digunakan oleh para trainer hanyalah: ceramah, tanya jawab dan beberapa menggunakan video.

Ego

Tidak pernah lelah untuk memberikan pengertian kepada teman-teman yang berprofesi sebagai trainer, atau profesi lainnya, temen-temen yang saya temui untuk mau belajar public speaking. Kemana-mana saya membawa peralatan sulap hanya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa sebagai seorang trainer bisa menggunakan sulap sebagai salah satu metode dalam mendeliver ilmunya.

Berbicara dengan mereka dengan menggunakan eye contact, menggunakan vocal yang benar mulai dari volume, pitch, intonasi dan word emphasing, dan menggunakan visualisasi dengan ipad dalam bentuk video, power poin ataupun image. Tidak jarang saya mengajarkan beberapa ilmu public speaking yang saya miliki dengan cuma-cuma dengan harapan mereka terpancing untuk mengikuti kelas.

Yang saya lakukan bukan semata untuk kepentingan saya berlatih, lebih dari itu saya benar-benar ingin membantu meningkatkan kesuksesan mereka dalam bidangnya masing-masing dengan mengikuti kelas untuk meningkatkan kemampuan public speaking.

Sejauh ini hasilnya belum maksimal…. Sebagian besar temen-temen baik saya masih diselimuti oleh EGO yang begitu kuat, menganggap tidak penting belajar public speaking dan mereka berkata (kelihatan dari sorot matanya) sejauh ini saya sudah cukup sukses, terbukti orderan nggak pernah sepi.

Hmmm oke, saya setuju dengan kalian, dan saya lebih setuju dengan keyakinan saya bahwa dengan meningkatkan skill public speaking kesuksesan akan berlipat ganda.

Vocal Power

Saya hampir lupa… ada satu hal yang dipelajari dalam Public Speaking yaitu mengenai vocal. 21-22 Januari 17 lalu saya berkesempatan mengikuti kelas Vocal Power. Workshop yang khusus belajar tentang teknik vocal selama 3 hari (walaupun ada akhirnya dimampatkan jadi 2 hari). Satu hal dasyat yang saya dapatkan adalah, di ½ hari pertama workshop, saya sudah berhasil menguasai teknik suara diafragma, padahal saya sudah mengupayakannya selama 1 tahun terakhir. Wow… terimakasih pak Errol Jonathans atas kelas Vocal Power yang luar biasa. Semoga saya konsisten untuk berlatih, sehingga kualitas vocal bisa terbentuk dan sudah menjadi otomatis seperti halnya setir mobil yang tanpa pakai mikir lagi.

Salam Public Speaking
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar