Selasa, 08 November 2016

UN-FRIEND

Mari kita jawab dengan jujur, apa yang Anda rasakan ketika menengok sosial media, facebook misalnya, terutama dalam masa kampanye pemilu 2 tahun lalu atau sebulan terakhir?

Di sosial media sana ada banyak provokasi, ada banyak kebencian, ada banyak pemutarbalikan fakta, ada banyak perbedaan pendapat yang berlebihan, ada banyak penyaluran dendam masa lalu, dan hal-hal lain yang berlebihan. Kebebasan berpendapat yang kebablasan, sering kali terjadi pertengkaran dan permasalahan dari sini.

Lihat demo terbesar sepanjang sejarah jakarta, 4 November 2016, dengan peserta hampir 200,000 orang. Menjadi berita dunia. Kejadian tersebut diawali dari postingan video yang dirubah scriptnya dengan menghilangkan kata “pakai”. Maknanya berubah sehingga membakar emosi dan menimbulkan permasalahan yang begitu besar. Begitu besarnya pengaruh dari sosial media, karena memang saat ini hampir seluruh masyarakat sudah ter-connect dengan internet. Dan masig banyak lagi contoh: Artis-artis berantem karena sosial media, jupe vs nikita, Aliando vs Anji, jupe vs dewi persik, ayu ting ting vs nikita, dan lainnya...
Jadi mari kita LEBIH BIJAK bijak menggunakan sosial media.

Kembali ke pertanyaan di atas... saya sering merasakan marah, terpancing emosi, muncul kebencian karena posting atau komentar yang asal posting, asal komen, tanpa dipikirkan kebenaran dan dampak dari posting atau komen tersebut. Kodrat manusia memang menemukan 1000 kekurangan orang lain jauh lebih mudah dibandingkan menemukan satu kelebihan, perlu belajar untuk selalu melihat 1 kelebihan ini. Itulah kenapa yang muncul di sosial media kebanyakan Hate Speech, lebih banyak muncul provokasi dan kebencian. Seandainya semua orang termasuk saya sudah mampu melihat sisi positif dibandingkan sisi negatif, betapa ademnya dunia maya ini.

Faktanya dari teman di sosial media kita, orang-nya hanya itu-itu saya yang membuat kita sering merasakan marah, terpancing emosi, muncul kebencian karena posting atau komentar yang asal posting, asal komen, tanpa dipikirkan kebenaran dan dampak dari posting atau komen tersebut. Jadi solusinya gampang – UN-FRIEND atau UN-FOLLOW mereka. Selesai. Toh kan hanya un-friend  di sosial media, masih berteman di dunia nyata.

Jadi untuk temen-temen yang saya un-friend atau un-follow, mohon maaf yaa, demi kebaikan semua. Toh kita masih berteman di dunia nyata kok. Ok Bro?

Selamat mencoba

Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 08 November 2016

UN-FRIEND

Mari kita jawab dengan jujur, apa yang Anda rasakan ketika menengok sosial media, facebook misalnya, terutama dalam masa kampanye pemilu 2 tahun lalu atau sebulan terakhir?

Di sosial media sana ada banyak provokasi, ada banyak kebencian, ada banyak pemutarbalikan fakta, ada banyak perbedaan pendapat yang berlebihan, ada banyak penyaluran dendam masa lalu, dan hal-hal lain yang berlebihan. Kebebasan berpendapat yang kebablasan, sering kali terjadi pertengkaran dan permasalahan dari sini.

Lihat demo terbesar sepanjang sejarah jakarta, 4 November 2016, dengan peserta hampir 200,000 orang. Menjadi berita dunia. Kejadian tersebut diawali dari postingan video yang dirubah scriptnya dengan menghilangkan kata “pakai”. Maknanya berubah sehingga membakar emosi dan menimbulkan permasalahan yang begitu besar. Begitu besarnya pengaruh dari sosial media, karena memang saat ini hampir seluruh masyarakat sudah ter-connect dengan internet. Dan masig banyak lagi contoh: Artis-artis berantem karena sosial media, jupe vs nikita, Aliando vs Anji, jupe vs dewi persik, ayu ting ting vs nikita, dan lainnya...
Jadi mari kita LEBIH BIJAK bijak menggunakan sosial media.

Kembali ke pertanyaan di atas... saya sering merasakan marah, terpancing emosi, muncul kebencian karena posting atau komentar yang asal posting, asal komen, tanpa dipikirkan kebenaran dan dampak dari posting atau komen tersebut. Kodrat manusia memang menemukan 1000 kekurangan orang lain jauh lebih mudah dibandingkan menemukan satu kelebihan, perlu belajar untuk selalu melihat 1 kelebihan ini. Itulah kenapa yang muncul di sosial media kebanyakan Hate Speech, lebih banyak muncul provokasi dan kebencian. Seandainya semua orang termasuk saya sudah mampu melihat sisi positif dibandingkan sisi negatif, betapa ademnya dunia maya ini.

Faktanya dari teman di sosial media kita, orang-nya hanya itu-itu saya yang membuat kita sering merasakan marah, terpancing emosi, muncul kebencian karena posting atau komentar yang asal posting, asal komen, tanpa dipikirkan kebenaran dan dampak dari posting atau komen tersebut. Jadi solusinya gampang – UN-FRIEND atau UN-FOLLOW mereka. Selesai. Toh kan hanya un-friend  di sosial media, masih berteman di dunia nyata.

Jadi untuk temen-temen yang saya un-friend atau un-follow, mohon maaf yaa, demi kebaikan semua. Toh kita masih berteman di dunia nyata kok. Ok Bro?

Selamat mencoba

Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar