Selasa, 22 November 2016

KOMPETENSI + WAKTU = HASIL

Manusia diciptakan sebagai mahkluk yang senantiasa belajar, bertumbuh dan berkembang. Mahkluk yang sempurna secara fisik dan dilengkapi dengan akal pikiran.

Apa yang dilakukan mahkluk hidup lain untuk menyikapi hujan? Paling hanya mencari tempat berteduh supaya tidak basah atau kedinginan. Tidak halnya dengan manusia, dengan kecerdasannya manusia menciptakan payung, menciptakan jas hujan, menciptakan mobil, bahkah manusia juga mampu menjadi ‘pawang hujan” untuk memindahkan dan menghentikan hujan.

Kehidupan purbakalapun sudah membuktikan bahwa manusia mahkuk yang bertumbuh dan berkembang karena memiliki kecerdasan, mereka menciptakan peralatan berburu dari batu, mereka menciptakan api dengan menggosokkan kayu, mereka menciptakan pakaian dengan kulit tumbuhan atau kulit binatang. Dan kita hidup jutaan tahun setelahnya, dengan kondisi yang sangat jauh berbeda, sangat maju, sangat canggih, bahkan dengan kecerdasannya hampir setiap hari kita mendengar adanya penemuan baru yang mencengangkan. Tidak usah jauh-jauh dibandingkan dengan kehidupan manusia Purba, kehidupan sekarang dibandingkan dengan kehidupan 5 tahun lalu sudah sangat jauh berbeda, disebabkan oleh kemajuan tehnologi hasil penemuan manusia. 

Kompetensi hasil dari perkembangan diri
Dalam kehidupan, baik dalam keluarga, di masyarakat maupun kehidupan karir, kompetensi diri menjadi syarat mutlak untuk mampu menyelesaikan setiap tantangan atau masalah yang dihadapi. Manusia belajar dari pengalaman, melihat peristiwa sehari-hari dan mengambil hikmah, sehingga semakin hari semakin berkembang. Melihat orang yang sedang bertengkar, kita belajar untuk mengendalikan emosi, melihat kecelakaan kita belajar berkendara lebih hati-hati, melihat film tentang detektif kita belajar bagaimana mengungkan modus kejahatan dan menyelesaikannya, mengikuti kelas seminar kita menyerap knowledge dan skill yang dibutuhkan, begitu seterusnya.

Membaca buku, melihat berita, mengikuti seminar, on the jobs training, ngobrol dengan orang lain, mendengarkan talk show radio, melihat film, mengamati kehidupan sehari-hari, jalan-jalan ke mall, melihat tv, dan apapun kegiatan kita akan menghasilkan pengembangan diri kita.

Di sinilah tantangannya, informasi yang baik akan menghasilkan kompetensi yang baik, informasi yang jelek bisa menjadi kontra produktif untuk peningkatan kompetensi. Saat kiat larut dengan tayangan sinetron bisa jadi waktu kita tersita yang seharusnya bisa digunakan untuk membaca buku. Saat kita melihat berita TV ‘khususnya akhir-akhir ini’ yang isinya dipenuhi dengan kontroversi, talkshow yang menghasirkan dua kubu yang sedang bertikai, tayangan-tayang kekerasan, tayangan provokatif, hal ini bisa membentuk pesimisme dalam diri kita, kontra produktif.

Anda yang lebih tahu, apa kebutuhan informasi untuk peningkatan kompetensi diri...

Kompetensi dalam bekerja
Dalam memimpin team, saya sering sekali menekankan masalah kompetensi ini. Contoh, seorang staf baru, yang masih taraf belajar tentu memiliki kompetensi jauh dibawah rekan senior yang sudah mengerjakan tugas yang sama selama bertahun-tahun. Sehingga staf senior ini mampu menyelesaikan suatu pekerjaan hanya dalam waktu 1 jam, sementara untuk pekerjaan yang sama staf baru memerlukan waktu 5 jam untuk menyelesaikannya. Apa yang membedakan? Ya betul sekali: KOMPETENSI.

Sebelum mulai bekerja, seorang staf baru sudah pasti diberikan training standart sesuai dengan job deskripsi yang menjadi tanggungjawabnya. Contoh seorang staf admin belajar mengoperasikan komputer dan mempelajari beberapa form laporan. Tapi perlu waktu bagi staf baru ini untuk lancar dan mahir, itulah kenapa untuk pekerjaan yang sama diperlukan waktu yang lebih lama bagi staf untuk menyelesaikan.

Hasil = kompetensi + alokasi waktu
Ini adalah rumus sederhana yang harus dikuasai. Seorang yang sudah mahir hanya perlu waktu 1 jam untuk membuat materi presentasi power point, sementara untuk hasil yang sama orang lain memerlukan waktu seharian bahkan seminggu baru selesai. Dengan menerapkan rumus ini, kita harus mengukur level kompetensi diri, kalau memang masih taraf belajar yang harus rela spend waktu lebih lama, biarlah jam terbang yang membuat diri kita mahir.

Ada seorang trainer yang dibayar 1 jam Rp 30 juta, sementara trainer yang lain dibayar 3 juta untuk 1 hari. Apa yang membedakan besarnya bayaran tersebut? Reputasi, reputasi dibentuk oleh kompetensi yang dimiliki. Selama reputasi sang trainer bertarif 3 juta tidak ditingkatkan, dia memerlukan waktu 10 hari untuk menyamai hasil yang sama dari trainer 1 jam 30 juta. Wow... 1 jam banding 10 hari untuk hasil yang sama Rp 30 juta.

Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, ada seorang suami berpenghasilan 50 juta sebulan dan ada seorang suami dengan penghasilan 1 juta sebulan. Perbadingannya 1 : 50, diperlukan waktu 50 bulan untuk menyamai penghasilan suami berpenghasil 50 juta. Sekali lagi yang membedakan adalah Reputasi yang dibentuk oleh kompetensi.

Oleh karena itu, selama kompetensi kita masih kurang konsekuensinya adalah spend waktu yang lebih panjang, sambil secara bertahap terus meningkatkan kompetensi


Salam Smart Life 
Bogor. 20 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 22 November 2016

KOMPETENSI + WAKTU = HASIL

Manusia diciptakan sebagai mahkluk yang senantiasa belajar, bertumbuh dan berkembang. Mahkluk yang sempurna secara fisik dan dilengkapi dengan akal pikiran.

Apa yang dilakukan mahkluk hidup lain untuk menyikapi hujan? Paling hanya mencari tempat berteduh supaya tidak basah atau kedinginan. Tidak halnya dengan manusia, dengan kecerdasannya manusia menciptakan payung, menciptakan jas hujan, menciptakan mobil, bahkah manusia juga mampu menjadi ‘pawang hujan” untuk memindahkan dan menghentikan hujan.

Kehidupan purbakalapun sudah membuktikan bahwa manusia mahkuk yang bertumbuh dan berkembang karena memiliki kecerdasan, mereka menciptakan peralatan berburu dari batu, mereka menciptakan api dengan menggosokkan kayu, mereka menciptakan pakaian dengan kulit tumbuhan atau kulit binatang. Dan kita hidup jutaan tahun setelahnya, dengan kondisi yang sangat jauh berbeda, sangat maju, sangat canggih, bahkan dengan kecerdasannya hampir setiap hari kita mendengar adanya penemuan baru yang mencengangkan. Tidak usah jauh-jauh dibandingkan dengan kehidupan manusia Purba, kehidupan sekarang dibandingkan dengan kehidupan 5 tahun lalu sudah sangat jauh berbeda, disebabkan oleh kemajuan tehnologi hasil penemuan manusia. 

Kompetensi hasil dari perkembangan diri
Dalam kehidupan, baik dalam keluarga, di masyarakat maupun kehidupan karir, kompetensi diri menjadi syarat mutlak untuk mampu menyelesaikan setiap tantangan atau masalah yang dihadapi. Manusia belajar dari pengalaman, melihat peristiwa sehari-hari dan mengambil hikmah, sehingga semakin hari semakin berkembang. Melihat orang yang sedang bertengkar, kita belajar untuk mengendalikan emosi, melihat kecelakaan kita belajar berkendara lebih hati-hati, melihat film tentang detektif kita belajar bagaimana mengungkan modus kejahatan dan menyelesaikannya, mengikuti kelas seminar kita menyerap knowledge dan skill yang dibutuhkan, begitu seterusnya.

Membaca buku, melihat berita, mengikuti seminar, on the jobs training, ngobrol dengan orang lain, mendengarkan talk show radio, melihat film, mengamati kehidupan sehari-hari, jalan-jalan ke mall, melihat tv, dan apapun kegiatan kita akan menghasilkan pengembangan diri kita.

Di sinilah tantangannya, informasi yang baik akan menghasilkan kompetensi yang baik, informasi yang jelek bisa menjadi kontra produktif untuk peningkatan kompetensi. Saat kiat larut dengan tayangan sinetron bisa jadi waktu kita tersita yang seharusnya bisa digunakan untuk membaca buku. Saat kita melihat berita TV ‘khususnya akhir-akhir ini’ yang isinya dipenuhi dengan kontroversi, talkshow yang menghasirkan dua kubu yang sedang bertikai, tayangan-tayang kekerasan, tayangan provokatif, hal ini bisa membentuk pesimisme dalam diri kita, kontra produktif.

Anda yang lebih tahu, apa kebutuhan informasi untuk peningkatan kompetensi diri...

Kompetensi dalam bekerja
Dalam memimpin team, saya sering sekali menekankan masalah kompetensi ini. Contoh, seorang staf baru, yang masih taraf belajar tentu memiliki kompetensi jauh dibawah rekan senior yang sudah mengerjakan tugas yang sama selama bertahun-tahun. Sehingga staf senior ini mampu menyelesaikan suatu pekerjaan hanya dalam waktu 1 jam, sementara untuk pekerjaan yang sama staf baru memerlukan waktu 5 jam untuk menyelesaikannya. Apa yang membedakan? Ya betul sekali: KOMPETENSI.

Sebelum mulai bekerja, seorang staf baru sudah pasti diberikan training standart sesuai dengan job deskripsi yang menjadi tanggungjawabnya. Contoh seorang staf admin belajar mengoperasikan komputer dan mempelajari beberapa form laporan. Tapi perlu waktu bagi staf baru ini untuk lancar dan mahir, itulah kenapa untuk pekerjaan yang sama diperlukan waktu yang lebih lama bagi staf untuk menyelesaikan.

Hasil = kompetensi + alokasi waktu
Ini adalah rumus sederhana yang harus dikuasai. Seorang yang sudah mahir hanya perlu waktu 1 jam untuk membuat materi presentasi power point, sementara untuk hasil yang sama orang lain memerlukan waktu seharian bahkan seminggu baru selesai. Dengan menerapkan rumus ini, kita harus mengukur level kompetensi diri, kalau memang masih taraf belajar yang harus rela spend waktu lebih lama, biarlah jam terbang yang membuat diri kita mahir.

Ada seorang trainer yang dibayar 1 jam Rp 30 juta, sementara trainer yang lain dibayar 3 juta untuk 1 hari. Apa yang membedakan besarnya bayaran tersebut? Reputasi, reputasi dibentuk oleh kompetensi yang dimiliki. Selama reputasi sang trainer bertarif 3 juta tidak ditingkatkan, dia memerlukan waktu 10 hari untuk menyamai hasil yang sama dari trainer 1 jam 30 juta. Wow... 1 jam banding 10 hari untuk hasil yang sama Rp 30 juta.

Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, ada seorang suami berpenghasilan 50 juta sebulan dan ada seorang suami dengan penghasilan 1 juta sebulan. Perbadingannya 1 : 50, diperlukan waktu 50 bulan untuk menyamai penghasilan suami berpenghasil 50 juta. Sekali lagi yang membedakan adalah Reputasi yang dibentuk oleh kompetensi.

Oleh karena itu, selama kompetensi kita masih kurang konsekuensinya adalah spend waktu yang lebih panjang, sambil secara bertahap terus meningkatkan kompetensi


Salam Smart Life 
Bogor. 20 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar