Selasa, 22 November 2016

BERSYUKURLAH PADA HAL-HAL KECIL

Yang paling membuat bingung adalah manusia. Karena dia mengorbankan kesehatannya demi uang, dan dia mengorbankan uang demi kesehatan”.  Lalu dia khawatir dengan masa depannya sendiri, sampai-sampai dia tidak menikmati masa kini. Akhirnya dia tidak hidup di masa depan, ataupun di masa kini. Dia hidup seakan-akan tidak akan mati, lalu dia benar-benar mati tanpa menikmati apa arti hidupnya. – Dalai Lama

Dikisahkan, ada seseorang suatu hari pergi ke surga ditemani seorang malaikat yang menunjukkan keadaan di surga. Mereka berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarnya berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, ”Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Alloh  diterima”. Terlihat tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Seteah melalui koridor yang panjang, sampailah di ruang kerja kedua, Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan nikmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya”. Mereka melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan orang itu, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. “Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat pelan. Orang itu tampak malu.
“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?”, tanyanya.
“Menyedihkan”, Malaikat menghela napas. ” Setelah manusia menerima nikmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih”.
“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas nikmat Allah?”, tanyanya.
“Sederhana sekali”, jawab Malaikat. “Yg paling sederhana dan  ringan adalah cukup berkata, “Terima kasih, ya Allah”.
Sumber cerita: Mabruri Sirampog

Sebuah cerita sebagai ilustrasi tentang bagaimana sikap kita dalam dalam berucap syukur dan berucap terimakasih. Apakah Anda setuju? Mungkin contohnya terlalu ekstrim, tapi setelah saya pikir-pikir demikianlah adanya.

Saya lupa berterimakasih atas udara yang secara gratis saya hirup setiap detik kehidupan saya, bayangkan kalau saya harus membayar dengan hitungan harga oksigen saat ini Rp 185 juta/hari atau Rp 5,5M sebulan dan Rp 67,6M setahun. Saya lupa berterimakasih karena matahari bersinar terang di Bogor hari ini, padahal tanpanya cucian akan menjadi bau karena tidak kering. Andai saja pagi tadi Tuhan tidak mempersatukan lagi antara roh dan jasad saya sehingga bisa bangun pagi dalam kondisi segar bugar, dan saya lupa berterimakasih. Di musim hujan seperti saat ini, air sumur di rumah saya bisa diambil menggunakan gayung saking berlimpahnya, kontras dengan banyak saudara kita baik di Indonesia atau di belahan dunia lain yang melihat air sebagai barang mewah, dan saya lupa berterimakasih. Bahkan saya lupa kapan terakhir kali berobat untuk diri saya dan keluarga saya, sudah lama sekali rasanya, dan saya lupa berterimakasih atas kesehatan yang kami terima

Kenikmatan yang sudah seharusnya kita terima
Sebagian besar dari Kita sibuk dan larut dalam rutinitas, sibuk mencari nafkah, berusaha memenangkan persaingan dalam kehidupan yang keras ini. Badan dan pikiran tersita dan terjadwal begitu rupa dalam aktivitas sehari – hari. Bangun tidur, mandi, sholat subuh, ke stasiun, naik kereta, nyambung gojek, sampai di kantor, sarapan, cek email, mulai aktivitas kerja (laporan ke bos, meeting panjang, diomelin klien, meeting lagi), tahu-tahu sudah jam 8 malam, siap-siap pulang, jam 10 sampai rumah, lihat TV sebentar, tidur, bangun pagi, mandi, sholat subuh, ke stasiun, .... begitu seterusnya. Keterlarutan ini sering kali menyita kesempatan kita untuk menyadari kenikmatan yang didapat yang seharusnya disyukuri.

Bangun pagi lupa bersyukur tidak menyadari betapa besar karunia Tuhan mengijinkan kita bangun, karena buru-buru harus segera mandi. Udara yang segar dan menyehatkan Tuhan hadirkan pagi itu saat Anda berjalan menuju stasiun, tidak menyadari betapa sebuah kenikmatan luar biasa, larut dalam jalan cepat kejar kereta. Di kereta pagi itu Anda mendapatkan tempat duduk sehingga bisa melanjutkan tidur, lumayan 1 jam, sementara berdiri di kereta itu menyita tenaga, Tuhan memberikan kenikmatan tidur di kereta. Sampai di kantor ternyata ada 2 orang teman yang tidak masuk kerja karena sakit, satu flu biasa, satunya lagi ambeien-nya kambuh, tapi pagi itu langsung geber meeting, boro-boro bersyukur bahkan kita tidak menyadari bahwa kita terhindar dari flu dan ambeien.

Keterlarutan kita dalam aktivitas membuat hidup mengalir begitu saja, tanpa menyadari dan bersyukur atas kenikmatan yang sedang dinikmati, seolah-olah bahwa memang seharusnya setiap pagi saya bangun karena begitu jam biologi saya, udara pagi memang sudah seharusnya segar dan menyehatkan, duduk di kereta biasa saja, saya sehat karena memang saya bisa menjaga diri tidak seperti dua temenku yang flu dan ambeien....

Selalu ada kebaikan untuk disyukuri
Seorang karyawan berdiri di tepi jalan menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerja datang. Tiba-tiba kakinya digigit semut merah, karena rasa perih dan kesal dia marah dan menginjak-injak semut yang menggigitnya dan beberapa ekor lainnya. Tidak ada semut yang dengan sengaja menggigit manusia kalau tidak merasa hidupnya terancam, itulah naluri binatang. Dengan marah dan kesal, ditambah lagi bus tak kunjung datang, dia pindah tempat berdiri beberapa meter dari tempat dia digigit semut. Selang beberapa detik dia meninggalkan tempat ada sebuah mobil sedang menghantam keras trotoar dan terbalik tempat persis di tempat dia berdiri sebelumnya. Selain Dia menyesali telah membunuh semut, sudah sepatutnya dia bersyukur karena Tuhan baru saja menyelamatkan nyawanya dengan mengirimkan semut untuk menggigitnya.

Tidak perlu hal besar seperti contoh di atas, kita bisa membiasakan diri untuk bersyukur atas hal-hal kecil. Bersyukut karena jalanan hari ini tidak terlalu macet, bahkan saat jalanan macetpun kita masih bisa bersyukur karena tidak sampai membuat terlambat kerja, kalaupun terlambat kerja karena macet masih saja ada yang perlu disyukuri bahwa Tuhan masih memberikan pekerjaan, begitu seterusnya.

Diberi Sakit untuk mensyukuri nikmat sehat
Sudah beberapa hari kuku kaki saya cantengan, penyakit yang tidak keren, tapi sakitnya begitu menyiksa, cenut-cenut luar biasa. Membayangkan nanti kalau sudah sembuh bisa main bola lagi, bisa memakai sepatu kesayangan, bisa konsentrasi bekerka tanpa menahan rasa sakit. Selama ini main bola ya main bola, pakai sepatu kesayangan biasa saja dan konsentrasi kerja tidak terganggu memang seharunya begitu. Ingatlah ‘cantengan’ saat kita sehat, ingatlah tersiksanya pada saat sariawan yang sangat mengganggu saat makan saat kita sedang makan, ingat bagaimana susahnya pada saat sumur kita kering disaat kita berlimpah air, ingatlah begitu banyak orang tidak memiliki pekerjaan sementara kita mendapatkan kesempatan bagus di perusahaan yang saat ini.

Dengan mengingat hal-hal tersebut, akan memunculkan rasa syukur, rasa syukur yang akan membuahkan kebahagiaan, pikiran positif, hidup jadi produktif dan hidup menjadi sejahtera.


Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 22 November 2016

BERSYUKURLAH PADA HAL-HAL KECIL

Yang paling membuat bingung adalah manusia. Karena dia mengorbankan kesehatannya demi uang, dan dia mengorbankan uang demi kesehatan”.  Lalu dia khawatir dengan masa depannya sendiri, sampai-sampai dia tidak menikmati masa kini. Akhirnya dia tidak hidup di masa depan, ataupun di masa kini. Dia hidup seakan-akan tidak akan mati, lalu dia benar-benar mati tanpa menikmati apa arti hidupnya. – Dalai Lama

Dikisahkan, ada seseorang suatu hari pergi ke surga ditemani seorang malaikat yang menunjukkan keadaan di surga. Mereka berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarnya berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, ”Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Alloh  diterima”. Terlihat tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Seteah melalui koridor yang panjang, sampailah di ruang kerja kedua, Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan nikmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya”. Mereka melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan orang itu, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. “Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat pelan. Orang itu tampak malu.
“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?”, tanyanya.
“Menyedihkan”, Malaikat menghela napas. ” Setelah manusia menerima nikmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih”.
“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas nikmat Allah?”, tanyanya.
“Sederhana sekali”, jawab Malaikat. “Yg paling sederhana dan  ringan adalah cukup berkata, “Terima kasih, ya Allah”.
Sumber cerita: Mabruri Sirampog

Sebuah cerita sebagai ilustrasi tentang bagaimana sikap kita dalam dalam berucap syukur dan berucap terimakasih. Apakah Anda setuju? Mungkin contohnya terlalu ekstrim, tapi setelah saya pikir-pikir demikianlah adanya.

Saya lupa berterimakasih atas udara yang secara gratis saya hirup setiap detik kehidupan saya, bayangkan kalau saya harus membayar dengan hitungan harga oksigen saat ini Rp 185 juta/hari atau Rp 5,5M sebulan dan Rp 67,6M setahun. Saya lupa berterimakasih karena matahari bersinar terang di Bogor hari ini, padahal tanpanya cucian akan menjadi bau karena tidak kering. Andai saja pagi tadi Tuhan tidak mempersatukan lagi antara roh dan jasad saya sehingga bisa bangun pagi dalam kondisi segar bugar, dan saya lupa berterimakasih. Di musim hujan seperti saat ini, air sumur di rumah saya bisa diambil menggunakan gayung saking berlimpahnya, kontras dengan banyak saudara kita baik di Indonesia atau di belahan dunia lain yang melihat air sebagai barang mewah, dan saya lupa berterimakasih. Bahkan saya lupa kapan terakhir kali berobat untuk diri saya dan keluarga saya, sudah lama sekali rasanya, dan saya lupa berterimakasih atas kesehatan yang kami terima

Kenikmatan yang sudah seharusnya kita terima
Sebagian besar dari Kita sibuk dan larut dalam rutinitas, sibuk mencari nafkah, berusaha memenangkan persaingan dalam kehidupan yang keras ini. Badan dan pikiran tersita dan terjadwal begitu rupa dalam aktivitas sehari – hari. Bangun tidur, mandi, sholat subuh, ke stasiun, naik kereta, nyambung gojek, sampai di kantor, sarapan, cek email, mulai aktivitas kerja (laporan ke bos, meeting panjang, diomelin klien, meeting lagi), tahu-tahu sudah jam 8 malam, siap-siap pulang, jam 10 sampai rumah, lihat TV sebentar, tidur, bangun pagi, mandi, sholat subuh, ke stasiun, .... begitu seterusnya. Keterlarutan ini sering kali menyita kesempatan kita untuk menyadari kenikmatan yang didapat yang seharusnya disyukuri.

Bangun pagi lupa bersyukur tidak menyadari betapa besar karunia Tuhan mengijinkan kita bangun, karena buru-buru harus segera mandi. Udara yang segar dan menyehatkan Tuhan hadirkan pagi itu saat Anda berjalan menuju stasiun, tidak menyadari betapa sebuah kenikmatan luar biasa, larut dalam jalan cepat kejar kereta. Di kereta pagi itu Anda mendapatkan tempat duduk sehingga bisa melanjutkan tidur, lumayan 1 jam, sementara berdiri di kereta itu menyita tenaga, Tuhan memberikan kenikmatan tidur di kereta. Sampai di kantor ternyata ada 2 orang teman yang tidak masuk kerja karena sakit, satu flu biasa, satunya lagi ambeien-nya kambuh, tapi pagi itu langsung geber meeting, boro-boro bersyukur bahkan kita tidak menyadari bahwa kita terhindar dari flu dan ambeien.

Keterlarutan kita dalam aktivitas membuat hidup mengalir begitu saja, tanpa menyadari dan bersyukur atas kenikmatan yang sedang dinikmati, seolah-olah bahwa memang seharusnya setiap pagi saya bangun karena begitu jam biologi saya, udara pagi memang sudah seharusnya segar dan menyehatkan, duduk di kereta biasa saja, saya sehat karena memang saya bisa menjaga diri tidak seperti dua temenku yang flu dan ambeien....

Selalu ada kebaikan untuk disyukuri
Seorang karyawan berdiri di tepi jalan menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerja datang. Tiba-tiba kakinya digigit semut merah, karena rasa perih dan kesal dia marah dan menginjak-injak semut yang menggigitnya dan beberapa ekor lainnya. Tidak ada semut yang dengan sengaja menggigit manusia kalau tidak merasa hidupnya terancam, itulah naluri binatang. Dengan marah dan kesal, ditambah lagi bus tak kunjung datang, dia pindah tempat berdiri beberapa meter dari tempat dia digigit semut. Selang beberapa detik dia meninggalkan tempat ada sebuah mobil sedang menghantam keras trotoar dan terbalik tempat persis di tempat dia berdiri sebelumnya. Selain Dia menyesali telah membunuh semut, sudah sepatutnya dia bersyukur karena Tuhan baru saja menyelamatkan nyawanya dengan mengirimkan semut untuk menggigitnya.

Tidak perlu hal besar seperti contoh di atas, kita bisa membiasakan diri untuk bersyukur atas hal-hal kecil. Bersyukut karena jalanan hari ini tidak terlalu macet, bahkan saat jalanan macetpun kita masih bisa bersyukur karena tidak sampai membuat terlambat kerja, kalaupun terlambat kerja karena macet masih saja ada yang perlu disyukuri bahwa Tuhan masih memberikan pekerjaan, begitu seterusnya.

Diberi Sakit untuk mensyukuri nikmat sehat
Sudah beberapa hari kuku kaki saya cantengan, penyakit yang tidak keren, tapi sakitnya begitu menyiksa, cenut-cenut luar biasa. Membayangkan nanti kalau sudah sembuh bisa main bola lagi, bisa memakai sepatu kesayangan, bisa konsentrasi bekerka tanpa menahan rasa sakit. Selama ini main bola ya main bola, pakai sepatu kesayangan biasa saja dan konsentrasi kerja tidak terganggu memang seharunya begitu. Ingatlah ‘cantengan’ saat kita sehat, ingatlah tersiksanya pada saat sariawan yang sangat mengganggu saat makan saat kita sedang makan, ingat bagaimana susahnya pada saat sumur kita kering disaat kita berlimpah air, ingatlah begitu banyak orang tidak memiliki pekerjaan sementara kita mendapatkan kesempatan bagus di perusahaan yang saat ini.

Dengan mengingat hal-hal tersebut, akan memunculkan rasa syukur, rasa syukur yang akan membuahkan kebahagiaan, pikiran positif, hidup jadi produktif dan hidup menjadi sejahtera.


Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar