Senin, 17 Oktober 2016

KEBAIKAN ADA BATASNYA

Saya memiliki keyakinan, yang masih saya pegang sampai saat ini, beberapakali saya tulis sebagai sebuah artikel di blog ini, seperti 1000 TEMAN KURANG, 1 ORANG MUSUH KEBANYAKAN, TABUNGAN ENERGI POSITIF, MENOLONG. Sebuah keyakinan untuk terus berbuat kebaikan, sekecil apapun, dimanapun, dilihat atau tanpa dilihat orang, teruslah berbuat kebaikan, karena kebaikan akan kembali menjadi kebaikan kepada kita. Bertahun-tahun, berusaha melakukan kabaikan-kebaikan untuk sekitar, kadang mengorbankan kepentingan diri sendiri yang penting bisa membantu orang lain. Tidak hitung-hitungan dalam hal perkerjaan, dalam pertemanan, dalam berbisnis dengan orang lain, adalah bentuk kebaikan. 

Biarkan itu menjadi cap yang menempel dalam reputasi kita, bahwa kita memiliki unsur kebaikan tidak melulu transaksional dalam berhubungan dengan orang lain. Memang kebaikan tidak selalu langsung berbuah kebaikan yang kembali pada kita, tapi biar bagaimanapun akan menjadi tabungan kebaikan, seperti halnya deposito yang bisa dicairkan pada saat kita memerlukannya.

Kebaikan ada batasnya
Kadang, ketika dalam kondisi dimana kita memerlukan bantuan orang lain, ketika dalam kesusahan, kita berharap, kebaikan-kebaikan kita dicairkan dalam bentuk pertolongan. Benar adanya. Tapi kalau bantuan tidak kunjung datang, apakah saat itu kita berhenti berbuat kebaikan dulu, sampai kita menuai kebaikan kita yang dulu-dulu.

Mungkin kita berfikir, laaah saya aja perlu bantuan, kenapa saya mesti membantu orang lain. Saya lagi kesusahan, kenapa mesti memikirkan orang lain yang lagi kesusahan, sementara orang lain tidak memikirkan saya, dan seterusnya

Apa yang terjadi ketika kita berhenti berbuat kebaikan, ya, kita sedang menghentikan kebaikan yang akan diterima di kemudian hari. Gampangnya, kalau kita nggak nabung, mosok yaa bisa mencairkan tabungan, apa yang dicairkan.

Jadi apa yang harus saya lakukan?
Anggap saja, saya sedang dalam keadaan benar-benar memerlukan bantuan, sedang dalam kesesusahan. Saya tahu, bahwa orang-orang tahu bahwa saya selalu menebar kebaikan, saya tahu mereka tahu. Tapi ternyata tahu tidak selalu berbuah action loo... contoh semua orang perokok tahu bahwa merokok itu bahaya buat kesehatan, beresiko kanker, tapi 100% perokok tetap merokok, tidak ada action untuk stop. Seperti halnya perokok yang tahu bahayanya, orang-orang disekitarku juga tahu bahwa saya orang baik, sering membantu tidak pernah hitung-hitungan... saya berharap orang-orang berhenti merokok, tidak sekedar tahu bahayanya saja.. action..

Jadi apa yang harus saya lakukan? Tetap berkerakinan dan tetap terus berbuat baik? Trus kapan orang lain berbuat baik kepadaku...

Betul sekali, jangan berhenti... tetaplah berkeyakinan, teruslah berbuat baik, dan serahkan pada Tuhan, Dia yang maha mengatur segalanya.

Trus tetaplah berusaha, kan memang begitu aturannya, berdoa dan berusaha.. tidak bisa hanya berdoa saja, juga tidak bisa hanya berusaha saja. Libat Tuhan dalam hidup ini, bukankan Dia pemberi kehidupan...

Menasehati diri sendiri
Intinya ... saya menasehati diri sendiri, roda itu berputar, secepat apa roda kembali berputar ke atas, sangat tergantung pada dirimu, tergantung usaha, tergantung doa dan tergantung tabungan kebaikan yang dimiliki.

Tetap semangat...

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 17 Oktober 2016

KEBAIKAN ADA BATASNYA

Saya memiliki keyakinan, yang masih saya pegang sampai saat ini, beberapakali saya tulis sebagai sebuah artikel di blog ini, seperti 1000 TEMAN KURANG, 1 ORANG MUSUH KEBANYAKAN, TABUNGAN ENERGI POSITIF, MENOLONG. Sebuah keyakinan untuk terus berbuat kebaikan, sekecil apapun, dimanapun, dilihat atau tanpa dilihat orang, teruslah berbuat kebaikan, karena kebaikan akan kembali menjadi kebaikan kepada kita. Bertahun-tahun, berusaha melakukan kabaikan-kebaikan untuk sekitar, kadang mengorbankan kepentingan diri sendiri yang penting bisa membantu orang lain. Tidak hitung-hitungan dalam hal perkerjaan, dalam pertemanan, dalam berbisnis dengan orang lain, adalah bentuk kebaikan. 

Biarkan itu menjadi cap yang menempel dalam reputasi kita, bahwa kita memiliki unsur kebaikan tidak melulu transaksional dalam berhubungan dengan orang lain. Memang kebaikan tidak selalu langsung berbuah kebaikan yang kembali pada kita, tapi biar bagaimanapun akan menjadi tabungan kebaikan, seperti halnya deposito yang bisa dicairkan pada saat kita memerlukannya.

Kebaikan ada batasnya
Kadang, ketika dalam kondisi dimana kita memerlukan bantuan orang lain, ketika dalam kesusahan, kita berharap, kebaikan-kebaikan kita dicairkan dalam bentuk pertolongan. Benar adanya. Tapi kalau bantuan tidak kunjung datang, apakah saat itu kita berhenti berbuat kebaikan dulu, sampai kita menuai kebaikan kita yang dulu-dulu.

Mungkin kita berfikir, laaah saya aja perlu bantuan, kenapa saya mesti membantu orang lain. Saya lagi kesusahan, kenapa mesti memikirkan orang lain yang lagi kesusahan, sementara orang lain tidak memikirkan saya, dan seterusnya

Apa yang terjadi ketika kita berhenti berbuat kebaikan, ya, kita sedang menghentikan kebaikan yang akan diterima di kemudian hari. Gampangnya, kalau kita nggak nabung, mosok yaa bisa mencairkan tabungan, apa yang dicairkan.

Jadi apa yang harus saya lakukan?
Anggap saja, saya sedang dalam keadaan benar-benar memerlukan bantuan, sedang dalam kesesusahan. Saya tahu, bahwa orang-orang tahu bahwa saya selalu menebar kebaikan, saya tahu mereka tahu. Tapi ternyata tahu tidak selalu berbuah action loo... contoh semua orang perokok tahu bahwa merokok itu bahaya buat kesehatan, beresiko kanker, tapi 100% perokok tetap merokok, tidak ada action untuk stop. Seperti halnya perokok yang tahu bahayanya, orang-orang disekitarku juga tahu bahwa saya orang baik, sering membantu tidak pernah hitung-hitungan... saya berharap orang-orang berhenti merokok, tidak sekedar tahu bahayanya saja.. action..

Jadi apa yang harus saya lakukan? Tetap berkerakinan dan tetap terus berbuat baik? Trus kapan orang lain berbuat baik kepadaku...

Betul sekali, jangan berhenti... tetaplah berkeyakinan, teruslah berbuat baik, dan serahkan pada Tuhan, Dia yang maha mengatur segalanya.

Trus tetaplah berusaha, kan memang begitu aturannya, berdoa dan berusaha.. tidak bisa hanya berdoa saja, juga tidak bisa hanya berusaha saja. Libat Tuhan dalam hidup ini, bukankan Dia pemberi kehidupan...

Menasehati diri sendiri
Intinya ... saya menasehati diri sendiri, roda itu berputar, secepat apa roda kembali berputar ke atas, sangat tergantung pada dirimu, tergantung usaha, tergantung doa dan tergantung tabungan kebaikan yang dimiliki.

Tetap semangat...

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar