Selasa, 09 Agustus 2016

TEORI KECOA UNTUK PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

A Great Inspiring Story di share di Salah satu Group WhatsApp Saya kemarin:
Pidato yang indah oleh Sundar Pichai - seorang Alumni IIT-MIT  dan Global Head dari Google Chrome: Teori kecoa untuk Pengembangan Pribadi

Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di seorang wanita.
Dia mulai berteriak ketakutan.
Dengan wajah yang panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut.
Reaksinya menular, karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik.
Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi ... kecoa itu mendarat di wanita lain dalam kelompok.
Sekarang, giliran wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama.
Pelayan bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka.
Dalam sesi saling lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan.
Pelayan berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya.
Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkannya keluar dari restoran.
Menyeruput kopi dan menonton hiburan itu, antena pikiran saya mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka?
Jika demikian, maka mengapa pelayan tidak terganggu?
Dia menangani peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun.
Yang mengganggu wanita itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebut.
Disitu saya menyadari bahwa, bukanlah teriakan ayah saya atau atasan saya atau istri saya yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu saya.
Bukanlah kemacetan lalu lintas di jalan yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kemacetanlah yang mengganggu saya.
Reaksi saya terhadap masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup saya, melebihi dari masalah itu sendiri.
Pelajaran dari cerita ini:
Saya mengerti, saya tidak harus bereaksi dalam hidup.
Saya harus selalu merespon.
Para wanita bereaksi, sedangkan pelayan merespon.
Reaksi selalu naluriah sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik.
Sebuah cara yang indah untuk memahami ............ HIDUP.
Orang yang BAHAGIA bukan karena Semuanya berjalan dengan benar  dalam Kehidupannya ..
Dia BAHAGIA karena Sikapnya dalam menanggapi Segala sesuatu di Kehidupannya Benar .. !! ,,,,,,,
Benar-benar indah,layak dibaca

Teori Kecoa yang di share oleh @kurniadiwidyanta itu membuat Saya merenungkan dan menemukan Teori KECOA 2 yang Saya alami sendiri dalam hidup Saya.

Alkisah beberapa minggu yang lalu, Sabtu pagi, waktu Suami Saya di kantor, sedangkan Saya dan Anak perempuan Saya sedang menonton TV, muncul seekor KECOA, celingukan di depan kami. Anak Saya spontan mengangkat kakinya ke atas bangku, dan setengah menjerit berkata: "Mama.... ada KECOA. "
Saya dengan sigap segera bangkit, refleks mengambil sepatu kets Saya, membunuh KECOA itu, dan membuangnya keluar.

Beberapa hari kemudian, malam hari, waktu Saya dan Suami Saya sedang menonton TV, muncul seekor KECOA (mungkin ini saudara KECOA yang Saya bunuh datang untuk membalas dendam). Namun anehnya waktu KECOA itu datang, refleks, Sayalah yang segera naik ke atas bangku dan dengan spontan menjerit : "Papa... ada KECOA!"

Suami Saya berdiri dengan tenang mengambil sapu, dan menyapu KECOA itu keluar.
Sesudah membaca Teori Kecoa untuk Pengembangan Pribadi yang di Share Pak Kurniadi kemarin, Saya tergelitik untuk memikirkan, kenapa reaksi Saya (terhadap KECOA) begitu berbeda, saat suami Saya ada, dan saat suami Saya tidak ada?
1. Manakala Saya cuma berdua dengan Anak Saya,  naluri Saya mengatakan bahwa dialah yang harus di lindungi dan Sayalah yang mau tidak mau, harus melindunginya (dari KECOA)
2. Manakala Saya bersama dengan Suami Saya, yang terjadi adalah sebaliknya, naluri Saya mengatakan Sayalah yang harus dilindungi, dan Suami Saya lah yang paling bertanggung jawab untuk mengusir KECOA itu keluar.

Manakala Saya bersama-sama dengan dia, seakan-akan skill membunuh KECOA Saya hilang. Anehnya di dalam berorganisasi,  terkadang kita menemukan juga hal yang demikian:
Manakala kita merasa kita adalah orang no.1 yang diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah,  kita akan menjadi orang yang sangat berani untuk bertindak, namun saat kita merasa ada orang lain yang lebih berwenang dan lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah, kita lepas tangan dan bahkan ikut ketakutan, seakan-akan skill kita untuk menyelesaikan masalah hilang. Disitulah terkadang saya merasa sedih.

Beberapa orang dominant yang Saya kenal, berubah menjadi tidak dominant, begitu mereka bertemu dengan orang SUPER DOMINANT . Begitu ada bersama-sama dengan orang yang dianggap lebih bisa mengambil keputusan, orang-orang Dominant ini kehilangan skill pengambilan keputusan mereka.

Padahal menunggu orang lain mengambil keputusan untuk kita, sementara kita juga sebenarnya bisa mengambil keputusan itu, akan membuat masalah menjadi lambat untuk diselesaikan.

Menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalah untuk kita, padahal sebenarnya kita juga bisa menyelesaikan masalah itu akan membuat masalah jadi berlarut-larut, bukan cuma lambat diselesaikan, tapi bisa juga terlambat diselesaikan.

Dear Leaders,
Pesan moral yang Saya dapat dari pengalaman bersama KECOA ini adalah, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEPRIBADIAN KITA KARENA ORANG LAIN DI SEKITAR KITA, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEKUATAN KITA KARENA ADA ORANG YANG LEBIH KUAT DI DEKAT KITA.
Jika kekuatan orang lain membuat kita menjadi lemah, maka organisasi akan maju dengan lambat, namun apabila kekuatan orang lain, memacu kita untuk kita juga semakin kuat, maka organisasi akan maju dengan kuat.

Jika Anda adalah seorang pembunuh KECOA, janganlah kehadiran seseorang mengubah Anda menjadi seorang yang penakut pada KECOA. Seperti yang diucapkan Suami Saya dengan mesra, waktu Saya menceritakan teori KECOA ini tadi pagi: "Aku mau, kamu ada dan tidak ada aku, tetap menjadi Milka yang pemberani"
Saya mengangguk " Ya Pah, Saya janji mau berubah, nanti Saya akan buktikan kalau ada kecoa lagi" :D
Have a Great Week End Great People
BE BLESSED - 
Milka Santoso

Salam Smart Life
Joko Ristono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 09 Agustus 2016

TEORI KECOA UNTUK PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

A Great Inspiring Story di share di Salah satu Group WhatsApp Saya kemarin:
Pidato yang indah oleh Sundar Pichai - seorang Alumni IIT-MIT  dan Global Head dari Google Chrome: Teori kecoa untuk Pengembangan Pribadi

Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di seorang wanita.
Dia mulai berteriak ketakutan.
Dengan wajah yang panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut.
Reaksinya menular, karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik.
Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi ... kecoa itu mendarat di wanita lain dalam kelompok.
Sekarang, giliran wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama.
Pelayan bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka.
Dalam sesi saling lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan.
Pelayan berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya.
Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkannya keluar dari restoran.
Menyeruput kopi dan menonton hiburan itu, antena pikiran saya mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka?
Jika demikian, maka mengapa pelayan tidak terganggu?
Dia menangani peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun.
Yang mengganggu wanita itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebut.
Disitu saya menyadari bahwa, bukanlah teriakan ayah saya atau atasan saya atau istri saya yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu saya.
Bukanlah kemacetan lalu lintas di jalan yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kemacetanlah yang mengganggu saya.
Reaksi saya terhadap masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup saya, melebihi dari masalah itu sendiri.
Pelajaran dari cerita ini:
Saya mengerti, saya tidak harus bereaksi dalam hidup.
Saya harus selalu merespon.
Para wanita bereaksi, sedangkan pelayan merespon.
Reaksi selalu naluriah sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik.
Sebuah cara yang indah untuk memahami ............ HIDUP.
Orang yang BAHAGIA bukan karena Semuanya berjalan dengan benar  dalam Kehidupannya ..
Dia BAHAGIA karena Sikapnya dalam menanggapi Segala sesuatu di Kehidupannya Benar .. !! ,,,,,,,
Benar-benar indah,layak dibaca

Teori Kecoa yang di share oleh @kurniadiwidyanta itu membuat Saya merenungkan dan menemukan Teori KECOA 2 yang Saya alami sendiri dalam hidup Saya.

Alkisah beberapa minggu yang lalu, Sabtu pagi, waktu Suami Saya di kantor, sedangkan Saya dan Anak perempuan Saya sedang menonton TV, muncul seekor KECOA, celingukan di depan kami. Anak Saya spontan mengangkat kakinya ke atas bangku, dan setengah menjerit berkata: "Mama.... ada KECOA. "
Saya dengan sigap segera bangkit, refleks mengambil sepatu kets Saya, membunuh KECOA itu, dan membuangnya keluar.

Beberapa hari kemudian, malam hari, waktu Saya dan Suami Saya sedang menonton TV, muncul seekor KECOA (mungkin ini saudara KECOA yang Saya bunuh datang untuk membalas dendam). Namun anehnya waktu KECOA itu datang, refleks, Sayalah yang segera naik ke atas bangku dan dengan spontan menjerit : "Papa... ada KECOA!"

Suami Saya berdiri dengan tenang mengambil sapu, dan menyapu KECOA itu keluar.
Sesudah membaca Teori Kecoa untuk Pengembangan Pribadi yang di Share Pak Kurniadi kemarin, Saya tergelitik untuk memikirkan, kenapa reaksi Saya (terhadap KECOA) begitu berbeda, saat suami Saya ada, dan saat suami Saya tidak ada?
1. Manakala Saya cuma berdua dengan Anak Saya,  naluri Saya mengatakan bahwa dialah yang harus di lindungi dan Sayalah yang mau tidak mau, harus melindunginya (dari KECOA)
2. Manakala Saya bersama dengan Suami Saya, yang terjadi adalah sebaliknya, naluri Saya mengatakan Sayalah yang harus dilindungi, dan Suami Saya lah yang paling bertanggung jawab untuk mengusir KECOA itu keluar.

Manakala Saya bersama-sama dengan dia, seakan-akan skill membunuh KECOA Saya hilang. Anehnya di dalam berorganisasi,  terkadang kita menemukan juga hal yang demikian:
Manakala kita merasa kita adalah orang no.1 yang diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah,  kita akan menjadi orang yang sangat berani untuk bertindak, namun saat kita merasa ada orang lain yang lebih berwenang dan lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah, kita lepas tangan dan bahkan ikut ketakutan, seakan-akan skill kita untuk menyelesaikan masalah hilang. Disitulah terkadang saya merasa sedih.

Beberapa orang dominant yang Saya kenal, berubah menjadi tidak dominant, begitu mereka bertemu dengan orang SUPER DOMINANT . Begitu ada bersama-sama dengan orang yang dianggap lebih bisa mengambil keputusan, orang-orang Dominant ini kehilangan skill pengambilan keputusan mereka.

Padahal menunggu orang lain mengambil keputusan untuk kita, sementara kita juga sebenarnya bisa mengambil keputusan itu, akan membuat masalah menjadi lambat untuk diselesaikan.

Menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalah untuk kita, padahal sebenarnya kita juga bisa menyelesaikan masalah itu akan membuat masalah jadi berlarut-larut, bukan cuma lambat diselesaikan, tapi bisa juga terlambat diselesaikan.

Dear Leaders,
Pesan moral yang Saya dapat dari pengalaman bersama KECOA ini adalah, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEPRIBADIAN KITA KARENA ORANG LAIN DI SEKITAR KITA, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEKUATAN KITA KARENA ADA ORANG YANG LEBIH KUAT DI DEKAT KITA.
Jika kekuatan orang lain membuat kita menjadi lemah, maka organisasi akan maju dengan lambat, namun apabila kekuatan orang lain, memacu kita untuk kita juga semakin kuat, maka organisasi akan maju dengan kuat.

Jika Anda adalah seorang pembunuh KECOA, janganlah kehadiran seseorang mengubah Anda menjadi seorang yang penakut pada KECOA. Seperti yang diucapkan Suami Saya dengan mesra, waktu Saya menceritakan teori KECOA ini tadi pagi: "Aku mau, kamu ada dan tidak ada aku, tetap menjadi Milka yang pemberani"
Saya mengangguk " Ya Pah, Saya janji mau berubah, nanti Saya akan buktikan kalau ada kecoa lagi" :D
Have a Great Week End Great People
BE BLESSED - 
Milka Santoso

Salam Smart Life
Joko Ristono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar