Rabu, 24 Agustus 2016

POLISI TIDUR

Akhir-akhir ini saya sering mengantarkan anak perempuan saya berangkat sekolah. Mengantar ke sekolah menggunakan mobil bukanlah pilihan bijak, akan membuat bad mood karena macetnya jalan baru Bogor, dan berimbas anak terlambat sampai di Sekolah. Pilihan bijak adalah menggunakan motor, cepat, murah dan anti macet, meskipun sedikit lebih beresiko jatuh dibandingkan berkendara dengan mobil

Satu hal yang menggangu kenyamanan berkendara motor roda dua adalah polisi tidur. Saya sangat memahami, maksud dari si pembuat polisi tidur, adalah untuk menghindari pengendara ngebut di lingkungannya dan yang bisa berakibat kecelakaan, kecelakaan yang mencelakakan warganya, khususnya anak-anak. Selain motor yang ngebut akan mengeluarkan suara bising yang sudah barang tentu akan menimbulkan polusi suara, apalagi sekarang banyak orang-orang arogan yang mengganti knalpot mereka dengan knalpot racing yang super bising (khusus untuk orang-orang ini, segeralah bertobat, orang lain punya hak untuk hidup tentram, orang lain mungkin bayar pajak, sedangkan loe mungkin malah gak bayar, segeralah bertobat).

Kalau saya, tanpa polisi tidurpun, dijamin tidak akan ngebut, tidak akan menimbulkan kebisingan, dan tidak perlu dikawatirkan menimbulkan kecelakaan, jadi bagi saya polisi tidur hanya membuat saya merasa sangat capek karena harus setiap saat injak rem, menjaga keseimbangan, dan kemudian akselerasi lagi, begitu terus menerus. Bukan masalah rem cepet habis, dan waktu tempuh yang jadi lebih lama. Saya tahu diri kok, berkendara harus hati-hati, tidak perlu dipaksa hati-hati dengan polisi tidur, dan saya memang tidak berminat untuk berkendara ngebut, buat apa, sudah tua, mosok yoo ngebut. Dan knalpot saya juga masih orisinil, jadi tidak akan menimbulkan kebisingan. JADI, buat apa ada polisi Tidur?? Tapi kan tidak semua orang seperti saya, jadi ya memang harus ada polisi tidur (kalau pak polisi nggak tidur kan bisa kecapekan dan sakit... heheheh bercanda)

36 polisi tidur
Melewati gang menuju sekolah anak saya (SD Bina Insani), kami lewat jalan belakang sehingga memang tidak ada pilihan lain untuk melewati jalan sempit ini. Gang ini tidak lerlalu jauh, namun karena menembus rumah-rumah penduduk jadi berkelok-kelok sehingga terkesan jauh. Padahal jaraknya mungkin gak lebih dari 1 km. Setiap melewati gang ini, untuk mengjibur diri dan sekaligus menyalurkan bakat iseng, saya dan anak saya menghitung jumlah polisi tidur di sepanjang gang ini. Dari awal saya yakin jumlahnya pasti banyak, karena setiap 2 – 3 meter ada 1 polisi tidur, bahkan ada di satu tikungan polisi tidur hanya berjarak 30 cm, hehehehe... mungkin pada saat kerja bakti membuat polisi tidur, pak RT mewajibkan setiap 5 warga membuat 1 polisi tidur, hehehehe.

Dan jumlah polisi tidur yang bagi saya mubazir ini sangat fantastis... ada 36 menurut itungan anak saya dan 35 menurut hitungan saya, dan di perhitungan hari beributnya jumlah perhitungan saya dan anak saya sama, 36 polisi tidur untuk jarak gang yang kurang dari 1 km. Woow...

36 kali ngerem, 36 kali menjaga keseimbangan, 36 kali akselerasi, bisa dibayangkan betapa capeknya pengendara yang melintasi jalan ini.

Hidup harus dijalani
Itulah hidup, harus dijalani..
Kenyataannya banyak hal yang merugikan kita sebagai dampak dari orang lain yang bersikap tidak baik. Seperti polisi tidur, dibuat untuk mengatur orang yang tidak punya aturan saat berkendara, padahal sebagian besar orang tidak demikian.

Saat ini sedang gaduh mengenai wacana kenaikan harga rokok, membuat halaman sosial media kita penuh dengan obrolan yang bagi sebagian besar orang terganggu, toh nggak semua orang merokok.

BeberaPa waktu sebelumnya, di Indonesia ada rekor masa jabatan menteri tercepat, hanya 2 minggu “Arcandra Tahar”. Orang Top ini awalnya digadang-gadang bisa membongkar dan menghentikan para mafia Migas, namun paspor ganda sebagai Polisi Tidur untuk menjegal langkahnya, polisi tidur yang dibuat oleh orang-orang yang merasa akan terancam masa depannya dengan kehadiran Pak menteri ini. Bagi kita, pupus lagi sebuah harapan untuk perbaikan negeri ini.

Jadi gimana? Tetaplah berbuat baik, ada atau tak ada Polisi Tidur, tak perlu dipaksa-paksa oleh polisi tidur untuk hidup teratur dan tidak merugikan orang lain. Gak ada salahnya buat diri kita, dan hidup teratur akan membahagiakan banyak orang, syukur-syukur semakin banyak orang yang mengikuti jejak kita, sehingga kelak tidak perlu lagi ada polisi tidur.

Salam Smart Life
Joko Ristono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 24 Agustus 2016

POLISI TIDUR

Akhir-akhir ini saya sering mengantarkan anak perempuan saya berangkat sekolah. Mengantar ke sekolah menggunakan mobil bukanlah pilihan bijak, akan membuat bad mood karena macetnya jalan baru Bogor, dan berimbas anak terlambat sampai di Sekolah. Pilihan bijak adalah menggunakan motor, cepat, murah dan anti macet, meskipun sedikit lebih beresiko jatuh dibandingkan berkendara dengan mobil

Satu hal yang menggangu kenyamanan berkendara motor roda dua adalah polisi tidur. Saya sangat memahami, maksud dari si pembuat polisi tidur, adalah untuk menghindari pengendara ngebut di lingkungannya dan yang bisa berakibat kecelakaan, kecelakaan yang mencelakakan warganya, khususnya anak-anak. Selain motor yang ngebut akan mengeluarkan suara bising yang sudah barang tentu akan menimbulkan polusi suara, apalagi sekarang banyak orang-orang arogan yang mengganti knalpot mereka dengan knalpot racing yang super bising (khusus untuk orang-orang ini, segeralah bertobat, orang lain punya hak untuk hidup tentram, orang lain mungkin bayar pajak, sedangkan loe mungkin malah gak bayar, segeralah bertobat).

Kalau saya, tanpa polisi tidurpun, dijamin tidak akan ngebut, tidak akan menimbulkan kebisingan, dan tidak perlu dikawatirkan menimbulkan kecelakaan, jadi bagi saya polisi tidur hanya membuat saya merasa sangat capek karena harus setiap saat injak rem, menjaga keseimbangan, dan kemudian akselerasi lagi, begitu terus menerus. Bukan masalah rem cepet habis, dan waktu tempuh yang jadi lebih lama. Saya tahu diri kok, berkendara harus hati-hati, tidak perlu dipaksa hati-hati dengan polisi tidur, dan saya memang tidak berminat untuk berkendara ngebut, buat apa, sudah tua, mosok yoo ngebut. Dan knalpot saya juga masih orisinil, jadi tidak akan menimbulkan kebisingan. JADI, buat apa ada polisi Tidur?? Tapi kan tidak semua orang seperti saya, jadi ya memang harus ada polisi tidur (kalau pak polisi nggak tidur kan bisa kecapekan dan sakit... heheheh bercanda)

36 polisi tidur
Melewati gang menuju sekolah anak saya (SD Bina Insani), kami lewat jalan belakang sehingga memang tidak ada pilihan lain untuk melewati jalan sempit ini. Gang ini tidak lerlalu jauh, namun karena menembus rumah-rumah penduduk jadi berkelok-kelok sehingga terkesan jauh. Padahal jaraknya mungkin gak lebih dari 1 km. Setiap melewati gang ini, untuk mengjibur diri dan sekaligus menyalurkan bakat iseng, saya dan anak saya menghitung jumlah polisi tidur di sepanjang gang ini. Dari awal saya yakin jumlahnya pasti banyak, karena setiap 2 – 3 meter ada 1 polisi tidur, bahkan ada di satu tikungan polisi tidur hanya berjarak 30 cm, hehehehe... mungkin pada saat kerja bakti membuat polisi tidur, pak RT mewajibkan setiap 5 warga membuat 1 polisi tidur, hehehehe.

Dan jumlah polisi tidur yang bagi saya mubazir ini sangat fantastis... ada 36 menurut itungan anak saya dan 35 menurut hitungan saya, dan di perhitungan hari beributnya jumlah perhitungan saya dan anak saya sama, 36 polisi tidur untuk jarak gang yang kurang dari 1 km. Woow...

36 kali ngerem, 36 kali menjaga keseimbangan, 36 kali akselerasi, bisa dibayangkan betapa capeknya pengendara yang melintasi jalan ini.

Hidup harus dijalani
Itulah hidup, harus dijalani..
Kenyataannya banyak hal yang merugikan kita sebagai dampak dari orang lain yang bersikap tidak baik. Seperti polisi tidur, dibuat untuk mengatur orang yang tidak punya aturan saat berkendara, padahal sebagian besar orang tidak demikian.

Saat ini sedang gaduh mengenai wacana kenaikan harga rokok, membuat halaman sosial media kita penuh dengan obrolan yang bagi sebagian besar orang terganggu, toh nggak semua orang merokok.

BeberaPa waktu sebelumnya, di Indonesia ada rekor masa jabatan menteri tercepat, hanya 2 minggu “Arcandra Tahar”. Orang Top ini awalnya digadang-gadang bisa membongkar dan menghentikan para mafia Migas, namun paspor ganda sebagai Polisi Tidur untuk menjegal langkahnya, polisi tidur yang dibuat oleh orang-orang yang merasa akan terancam masa depannya dengan kehadiran Pak menteri ini. Bagi kita, pupus lagi sebuah harapan untuk perbaikan negeri ini.

Jadi gimana? Tetaplah berbuat baik, ada atau tak ada Polisi Tidur, tak perlu dipaksa-paksa oleh polisi tidur untuk hidup teratur dan tidak merugikan orang lain. Gak ada salahnya buat diri kita, dan hidup teratur akan membahagiakan banyak orang, syukur-syukur semakin banyak orang yang mengikuti jejak kita, sehingga kelak tidak perlu lagi ada polisi tidur.

Salam Smart Life
Joko Ristono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar