Selasa, 07 Oktober 2014

Selamat Jalan Bapak, Selamat Jalan Pahlawanku



5 Oktobeker 2014
Hari bersejarah dalam kaluarga kami, hari dimana orang yang menjadi suri teladan kami tutup usia. Kami berlima banyak meneladani beliau, khususnya saya. Ada yang bilang seribu petuah tidaklah cukup, namun satu teladan sudah lebih dari cukup. Nah itulah beliau, hanya memberikan teladan, tidak banyak bicara. Saya berharap bisa meneladani hal yang satu ini.
Hari bersejarah dalam keluarga kami, karena beliau yang menghidupi kami telah berpulang, yang menjadi nahkoda keluarga besar kami, yang menularkan pada kami tata cara menjalani hidup! Orang tua, teman, kakek, kakek buyut, guru bagi keluarga kami telah dipanggil menghadap-Nya.
Tepat 84 tahun, 9 bulan, 4 hari (hari ini 5 Oktober 2014), Bapak kami Saliman Retnosiswoyo meninggalkan kami, untuk menghadap-Nya.

1 Januari 1930
Tanggal dimana pahlawan kami dilahirkan, hari dimana Indonesia masih dikuasai oleh penjajah belanda. Kami tidak tahu persis bagaimana kondisi saat beliau dilahirkan, namun kami paham bahwa kondisi saat itu, hidup dibawah tekanan penjajahan belanda pastilah sangat sulit, gambaran dari cerita-cerita di film atau pelajaran sejarah. Kondisi itulah di tahun 1930 pahlawan kami dilahirkan. Lahir dan besar dalam kondisi serba susah, membuat ayahanda kami tumbuh menjadi pejuang yang luar biasa kuat, tahan banting dan mampu membesarkan kami berlima sampai saat ini.

Berjalan kaki 20 km untuk sekolah
Perjuangan kami, anak-anaknya tidaklah sebanding dengan perjuangan Beliau. Selain kondisi yang memaksa demikian, semangat hidup yang beliau miliki luar biasa. Sekelumit cerita yang sempat kami dengar, bahwa beliau harus berjalan kaki berpuluh-puluh kilo menuju sekolah rakyat, untuk belajar. Dan pendidikan itulah yang pada akhirnya menjadikan beliau sebagai kepala sekolah SD, dimana kami berlima mengenyam pendidikan dasar di sana. SD yang paling besar di desa kami SD Negeri Gebang 2, di situlah Almarhum Ayah kami menyelesaikan karirnya dan pensiun sebagai kepala sekolah. Sudah ribuan orang sukses yang terlahir dari sekolah ini. Saya ingat betul bagaimana sepak terjang beliau untuk membesarkan sekolah SD ini, saya tahu persis karena saya 6 tahun di sana, dan karena saya sebagai anaknya merasakan betul pengabdian beliau bagi Negeri ini melalui SD negeri Gebang 2. Semoga Allah menghitung amal ibadah Ayah kami sebagai pendidik! Amal ibadah yang menambah timbangan pahala di sisi-Nya kelak. Selain sebagai pendidik, almarhum ayah kami sangat aktif dalam ber-organisasi, sebuah kontribusi positif yang menjadi panutan bagi kami.

Sedikit bicara banyak Kerja
Saya teringat sosok yang diperankan Mathias Muchus di film laskar pelangi, berperan sebagai ayah Ikal, ayah yang menurut Ikal adalah ayah terbaik di dunia. Sosok tersebut, sosok ayah Ikal tersebut seperti ayah kami, Tak banyak bicara hanya bekerja. Tak banyak bicara, hanya suri teladan. Orang bilang Almarhum adalah pendiam, bagi kami adalah bijaksana “sedikit bicara banyak bekerja’. Orang lain bilang almarhum banyak diam, bagi kami adalah bijaksana, bisa memilah mana yang baik dilakukan mana yang harus ditinggalkan. Saya berharap bisa meneladani beliau, bisa menjadi orang yang sedikit bicara banyak bekerja, menjadi orang bijaksana, menjadi suri teladan.
Kami mengenal beliau sebagai sosok yang bisa mengalahkan ego, selama itu untuk kebaikan orang lain, beliau akan mengalah dan ihklas merelakannya. Memilih dia daripada ribut, bukan tidak berbuat apa-apa, tapi diam untuk mengalah demi kebaikan.

Meninggalkan 1 istri, 5 anak, 12 cucu, 9 cicit, dan jutaan Kenangan
(lebaran 2013) Bapak - Ibu - Budhe Padmi - Joko - Om Aris - Pakdeh Bas - Budhe Tini
Kami 5 bersaudara:
Ibu kami: Suratiyem (30 Januari 1936), adalah pasangat sejati dalam membesarkan kami:
      1.       Eko Sri Sartini (4 anak, 6 cucu)
      2.      Dwi Supadmi (3 anak, 3 cucu)
      3.      Tri Basuki Rahmad (2 anak)
      4.      Joko Ristono (3 anak)
      5.      Agus Ristanto (akan menikah 9 Otkober 2014)
Masing-masing dari kami, anak-anak kami, cucu kami, memiliki kesan mendalam yang semuanya positif terhadap Almarhum. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab, sebagai simbah yang sangat menyayangi cucu-cucunya. Beliau termasuk orang yang melankolis, seperti saya. Sangat rapi menyimpan foto-foto kenangan akan-anak dan cucu-cucunya. Foto yang selalu dipandanginya setiap saat merindukan kami, merindukan cucu-cucunya. Masing-masing dari kami memiliki kenangan masing-masing, ataupun kenangan bersama dengan beliau.
Bersama Cucu dan Cicit
Saliman Retnosiswoyo

Saat saya masih kecil, mungkin di usia 7 – 8 tahunan, saya selalu bilang “kok perempuan namanya Retno”, aneh sekali pikirku waktu itu. Karena sepengetahuan saya, Retno adalah nama Bapak Saya, dan itu nama laki-laki.
Pada akhirnya saya tahu, bahwa Almarhum Ayah saya punya nama yang Unik, Retnosiswoyo, yang lebih jamak digunakan sebagai nama perempuan “retno”, tapi saya tetap yakin Retnosiswoyo adalah nama laki-laki. Nama panggilan Pak Retno dan banyak juga yang panggil Pak Sis.
Nama lengkap Almarhum adalah Saliman Retnosiswoyo. Saliman adalah nama kecil beliau. Almarhum adalah 5 bersaudara, dan anak bungsu dari 5 besaudara tersebut. Semua saudaranya sudah mendahului menghadapnya lebih dari 10 tahun lalu (tidak ingat persisnya).

Suratiyem
Ibu kami, adalah pasangan ideal bagi Almarhum ayah kami. Di bawah bimbingan mereka berdua kami tumbuh dan berharap menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa dan agama. Berperan sebagai menteri keuangan kami, Ibu sangat pandai mengelola keuangan, yang kami tahu pekerjaan yang sangat sulit, karena yang dikelola tidaklah uang besar, tapi bagaimana mengelola uang kecil untuk membiayai kehidupan kami. Bahkan ada momen dimana kami ber-3, saya, kakak dan adik kuliah dalam waktu bersamaan, bagaimana gaji seorang pegawai negeri bisa dikelolan untuk membiayai 2 anak kuliah swasta dan 1 kulian negeri (yang kulian negeri saya, di Undip). Saya tidak mewarisi bakat ibu saya ini, masih belajar bagaimana beliau sangat mahir mengelola keuangan, sementara saya gaji berapapun selalu kekurangan. Petuah yang senantiasa disampaikan Ibu kepada anak-anaknya adalah: KEJUJURAN, JANGAN PERNAH MENGINGINKAN YANG BUKAN HAKNYA, APALAGI DENGAN CARA TIDAK JUJUR!

Gaji Pertamaku Tahun 1994
Setelah kuliah selama 5 tahun, selang beberapa bulans etelah wisuda, saya bekerja sebagai Medical Pepresentative di PT Merck Indonesia. Bulan Juli 1994, saya ditempatkan untuk wilayah malang, madiun, kediri. Sebulan setelah bekerja, saya sempatkan untuk pulang, dan saya ingat betul Gaji pertama saya, saya belikan Razor, pisau cukur elektrik khusus untuk almarhum ayah saya. Saya tahu, saking sayangnya beliau menghargai pemberian ini, razor itu tidak pernah dipakai dan disimpan sebagai kenangan.

Sehat sampai Tua
5 tahun lalu, beliau naik kereta ke Jakarta, untuk menengok kami, anak dan cucunya di bogor. Usia 79 tahun, masih segar bugar dan mampu menempuh perjalanan naik kereta solo – gambir. Kami tahu kunci sehat beliau adalah banyak aktivitas, makan secukupnya dan istirahat. Kondisi yang memaksa beliau untuk hidup dengan banyak gerak, terbayar dengan panjang umur dan tetap sehat. Kondisi dengan makanan “kampung” yang ternyata jauh lebih sehat daripada makanan orang kota. Gak ada ceritanya Almarhum berangkat kerja gelap dan sampai rumah jam 11 malam seperti anaknya yang tinggal di Jakarta ini. Istirahat cukup dan tingkat stress tidak seperti yang saya rasakan.

Seingat saya, almarhum sakit dan harus dirawat di rumah sakit, hampir-hampir tidak pernah. Terakhir tahun 2010-an, saat terkena darah tinggi. Sakit yang diderita terakhir, disebabkan karena beliau tidak mau makan, sehingga badan lemah dan harus dirawat di rumah sakit. Gejala seperti gejala stroke, tapi bukan, setelah dapat asupan nutrisi cukup, kondisi pulih kembali. Karena sudah tidak ada tindakan medis, Almarhum dirawat di rumah. 2 hari terakhir sebelum beliau meninggal, karena kondisi lemah tidak mau makan, dipasang Infus. Alhamdulillah beliau meninggal dengan tenang, disamping anak-anaknya... (kecuali saya... maafkan saya Ayah)

Jadi imam di masjid sampai 2 tahun lalu (2012)
Alhamdulillah, sampai almarhum masih kuat berjalan ke Masjid dan berdiri lama, beliau masih menjadi imam sholat jamaah di Masjid, menjadi imam taraweh dan menjadi khotib sholat jumat. Sayangnya anak-anaknya belum ada yang mewarisi. 2 tahun terakhir karena kondisi fisik yang sudah tidak memungkinkan, beliau mengerjakan sholat di rumah. Sama seperti Ibu, beliau tidak pernah meninggalkan sholat tahajud dan sholat dhuha. Semoga amal ibadah ini diterima di sisi-Nya.

Tak pernah lepas dari Radio Transistor
Mengisi waktu dengan mendengarkan radio, dan sepanjang waktu yang didengarkan adalah ceramah ustad lokal sragen. Kemanapun, radio transisitor ini beliau bawa, dicangklong dipunda, dengan volume kencang-kencang. Karena radio AM, saat dibawa berjalan, posisi radio sangat menentukan kualitas suara karena gelombang AM ini, sehingga kadang suaranya timbul tenggelam. Kata saudara2 saya yang tinggal dekat dengan Beliau, radio ini tidak pernah berhenti, non stop, kecuali saat tidur malam.

Maaf hanya saya yang tak bisa merawatmu setiap hari
Satu hal yang membuat saya bersedih, saya hanya beresempatan bertemu beliau setahun sekali, saat hari raya lebaran. Sejak merantau ke Jakarta, saya merasa sangat berdosa, setahun sekali mengunjungi beliau dan ibu. Tidak bisa ikut merawat beliau saat sakit sebulan terakhir. Sekali merawat beliau saat dirawat di rumah sakit, 3 hari saya pulang ke sragen, dan bermalam di rumah sakit. Melakukan yang terbaik untuk beliau, mengganti popok, menganti baju, memandikan, mencuci baju, menyuap, ... hal-hal yang ingin saya lakukan di hari-hari terakhir beliau, tapi mohon maaf ayah, anakmu masih terpenjara dengan pekerjaan di Jakarta, tidak bisa menemanimu setiap hari.

Menjelang Pernihakan Agus Ristanto
9 Oktober 2014, adalah hari bersejarah. Kami semua berharap, khususnya adik saya, Alharhum sempat menyaksikan pernikahan anak terakhirnya “Agus Ristanto”. Namun Allah berkehendak lain, Allah lebih menyayangi beliau, sehingga memanggilnya sebelum menyaksikan anak terakhirnya menikah. Keluarga kami sepakat merubah format pernikahan menjadi sederhana, tidak ada kegiatan pesta untuk menghormati Beliau. Kami tahu, jauh hari sebelumnya sudah memberikan restunya untuk pernihakan ini.

Jangan Harap Bapak Marah
Seperti saya cerita tadi, orang yang paling baik dalam hal mengontrol emosi adalah almarhum Bapak saya, hampir seumur hidup saya belum pernah saya dimarahi beliau, namun dalam sikap diam-nya kami paham bahwa kami melakukan kesalahan. Tak perlu marah-marah untuk mengajari hal benar kepada anak-anaknya “mungki itu yang beliau pikirkan”. Dan saya rasanya mewarisi hal ini, saya membesarkan anak-anak saya hanya dengan kasih sayang, sesekali marah hanya sebagai penyeimbang.

Kenangan masa kecilku
Bagi saya, almarhum adalah ayah terhebat di dunia, masa kecilku terkenang sampai sekarang, sangat bahagia. Kenangan demi kenangan masih lekat sampai saat ini, kenangan yang membekas di pikiran saya tentang bagaimana Beliau sebagai bapak membesarkan saya.

Saya jauh lebih beruntung dari anak-anak lain di kampung saya, nonton sirkus “gadis plastik”, saya ingat betul, bagaimana seorang perempuan mampu melakukan atraksi dengan tubuhnya yang sangat lentur, itulah sebabnya diberi nama gadis plastik. Pertadingan bola dengan mengendarai motor “sepak bola motor”, dimana semua pemainnya mengendarai sepeda motor, dan pastinya saat itu belum ada motor matic. Mengejar bola dengan motor, menendang bola dengan roda depan, menggiring bola dengan kaki dari atas motor. Sungguh tontonan yang luar biasa di tahun 70 – 80 an.

Saya sampai punya pembalap favorit waktu kecil, Popo Hartopo, saking seringnya Bapak mengajak saya menonton balapan motor cross.
Beberapa kali nonton “karapan sapi”, luar biasa. Saya saja belum pernah mengajak adib dan shafa melihat karapan sapi, namun masa kecil saya, Bapak sering mengajak saya melihat karapan sapi. Saya lupa apakah itu di luar kota atau di sragen, termasuk sirkus, motor cross saya juga lupa itu di luar kota atau di dalam kota sragen, yang jelas saya bahagia sebagai anak kecil

Setiap tahun sekali, ada acara “cembrengan” di pablik gula, yaitu pasar malam dan siang yang diadakan setahun sekali oleh pabrik gulan, mejadi tujuan wisata yang sangat istimewa bagi warga sragen dan sekitarnya. Dalam setiap perhelatan bapak minimal mengajak saya 2 – 3 kali ke lokasi ini. Mainan mobil-mobilan dari kayu menjadi mainan andalan yang saya minta dibelikan ke Bapak saya.

Mercon rawit adalah mainan yang boleh kami miliki setahun sekali, di hari raya lebaran, Almarhum selalu membelikan dalam jumlah cukup setiap lebaran.
Potong rambut menjadi saat yang menyenangkan, karena setelah potong rambut saya dijanjikan untuk dibelikan jajan, berupa es strup (es sirup), minuman yang hanya bisa kami nikmati setahun sekali itu menjadi daya tarik luar biasa, sehingga saya berharap rambut ini cepatlah panjang biar segera bisa minum es sirup. Oh iya ingat tukang potong rambutnya namanya Lik Saman.

Barang istimewa lain yang beliau belikan untukku adalah harmonica, saya memintanya saat masih di SMP, dan itu adalah alat musik pertama yang saya kenal dan saya belajar memainkannya.

Saat mengajar di SD, almarhum sering ada rapat di luar sekolah, suara motor Bapak sangatlah akrab di telinga saya, sehingga saya tahu saat bapak meninggalkan sekolah dan saat bapak datang kembali ke sekolah. Saya merasa hampa saat mendengar suara motor itu meninggalkan sekolah, meskipun saya tahu nanti akan kembali, namun belajar dengan mengetahui Bapak tidak ada di sekolah membuat pikiran saya galau (kata anak sekarang). Dan sebaliknya belajar menjadi tenang saat Bapak ada di sekolah.

Ini kenangan yang saya mohon Bapak memaafkan saya. Di kantong celana yang Bapak cantolkan di kamar, sering ada banyak uang receh, dan tanpa sepengetahuan bapak, saya mengambilnya hanya untuk sekedar membeli jajan. Maafkan saya Bapak, saya yakin bapak mengetahui apa yang saya lakukan waktu itu, namun bapak membiarkan karena Bapak yakin pada akhirnya saya menyadari kesalahan itu.

Selamat Jalan Ayah
Lebaran 2014
Saat saya menciummu terakhir kali, saat Kau tidak bernafas lagi, perasaanku campur aduk! Saya bersedih karena tidak akan melihatmu lagi, sehingga saat kukecup keningmu saya melakukannya dengan penuh perasaan. Saya kepikiran, apa yang sedang Engkau hadapi di alam sana, sehingga saya menciummu sambil berdo’a semoga Allah menerima semua amal ibadahmu. Saat menciummu terakhir kali, saya  berpikir, belumlah cukup aku membalas budimu! Bahkan lebaran terakhir 2014 saya tidak bisa menemuimu. Maafkan aku ayah.
Selamat jalan, selamat menjalani hidup baru, tenang di alam kubur, dan semoga kelak dipertemukan kembali oleh Allah di akhirat nanti.


Selamat jalan pahlawanku!

Do’a kami akan senantiasa menemanimu. Amin.

Joko Ristono

KESAKSIAN ANAK CUCU

1. Pakdhe Basuki - Yogya
Aku juga ada salah sama Kakung, barangkali Kakung sudah melupakannya, tapi aku masih inget terus sampai sekarang.....Waktu itu th 1997, Seto masih umur 1,5 th...Kakung tindak ke Yogya waktu itu aku tinggal di Kantor, karena Gubug di Piyungan belum siap ditempati, Kakung Rawuh ke Kantor hari minggu untuk nengok Cucunya (Seto), tapi Seto sama Ibunya ada di t4 Budhe Warno, karena malam harinya aku sama Ibunya Seto habis Ribut, aku sempet ngomong ke Kakung kasar karena masih terbawa suasana hati yg marah, akhirnya Kakung gak jadi ketemu cucunya terus Kundur lagi ke Solo, karena waktu itu mas Yayan lagi di Rawat RS karena kecelakaan, Kakung selalu ada di RS nemeni Mas Yayan, maafkan kesalahan kami waktu nggih Kung, walaupun aku yakin Kakung sudah melupakan kejadian waktu itu....!

2. Mas Yayan - Sragen
Kakung memang orang hebat Om, mungkin aq adah cucu yg paling banyak dosa terhadap belio, pada thn 1997 aq pernah menyuruh kakung pulang dari RS kalo kakung gak mau memberiku sebatang rokok waktu aku dirawat, aku jg pernah memerintah belio utk jadi satpam penunggu diluar pintu waktu aq ngerokok didalam kamar agar tak ketahuan oleh perawat atao dokter....

3. Budhe Yani - Yogya

Iya beliau bapak mertuaku yg aq kagumi dan aq banggakan,selama aq jd anak menantu beliau tak pernah aq melihat beliau marah,beliu tekun ibadahnya setiap malam saat kita tidur pules pasti beliau bangun unt sholat tahajud itu tiap mlm beliau laksanakan,dulu swkt beliau msh sht beliau orgnya rajin tiap pg bw cangkul ke swh walaupun kita larang beliau ngendiko mumpung msh sehat,tp setelah belia gerah kita g tega dan kshan melihtnya,Alloh sdh memberi yg terbaik kagem mbah kakung,semua itu tinggal kenangan kita skrg hanya bs mendoakan smg mbah kakung khusnul khotimah,di ampuni sgl dosanya,dan di terima ibadah Islamnya jg di temptkan di t4 yg layak di sisi Nya Aamiin.... (mari kita semua anak, cucu dan cicit meniru watak dan sifat Almarhum mbah Kakung yangs elalu sabar dan tawakal. Aamiin....)

4. Putri Utami - Cucu Bekasi
Putri punya kenangan manis bersama mbah kakung....ketika itu putri smester 1 dpt tugas antropologi utk ngangkat kisah dr daerah, putri terbersit untuk menjadikan kakung sbg narasumber. Stlh janjian pd hari yg dsepakatin putri dtg ke rumah gebang bersama 4 tmen cowok skelompok putri (salah satunya ayah Rizwan), sesampainya di gebang mbah sudah menunggu kami di teras dengan baju batiknya dan stumpuk buku dsampingnya, sembari memakai kacamata hitam dan radio kecil yg sedang beliau dengarkan. Singkat cerita, putri dan teman2 mulai menginterview beliau tentang kisah mula berdirinya sragen, dengan segala kejadian2 yg terjadi, kakung menceritakan dengan runtut dengan bahasa yang sangat santun dan disampaikan dengan penuh wibawa. Sampai teman2 putri tertegun akan cerita yg disampaikan smpe akhirnya smua nimbrung bertanya, dan semua sangat kagum dan komentar positive tentang kakung. Dan ternyata setumpuk buku itu adalah buku referensi yg sudah beliau siapkan untuk memperkuat data yg saya cari. Beliau adalah sosok yg sangat "open" (merawat) smpe2 naskah yg sudah usang akan kisah sragen pun beliau masih menyimpannya. Dan juga foto2 kita semua beliau sangat rapi menyimpannya. Stlah hasil interview putri diskripsikan dan dketik ternyata menjadi sebuah cerita yg sangat menarik untuk di baca, dan menghasilkan nilai A untuk saya dan menjadikan saya lebih semangat dan dpt terpacu untuk selalu mendapatkan nilai yg bagus dan mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab dan tuntas. Terima kasih Eyang kakung, perangai beliau sungguh melekat di hati dan sangat pantas untuk kita banggakan. ({})  We love you kakung =')

5. Mbak Ida - Cucu Palembang

Hadirrr.. Ya Allah kembali nangis lg inget alm mbah kakung. Sedih bgt tu ketika pengen plg ngliat jenazah alm tp allah blm ngizinin bwt plg. Cm doa dr sini lah yg bisa kami lakukan buat alm mbah kung. Haahh adzan subuhpn blm berkumandang, tapiii duit 500 rupiah gambar monyet udah terselip digenggaman tangan kecilku. Tiapppp pagiiii.. Tiap mlm sllu dipinjemi radio kecil kresek2 buat dengerin lagu abg haduhhh meskipun ida jg tau alm sbnrnya jg pingin dengerin siaran berita ato dengerin wayang. Demi ida cucu cantiknya <3<3 relaaa mbhkung ngalah. Itu kenangan ida abg bersama alm mbah kakung. Ada lagiii pas hari mas aan nglamar ida, pg2 alm sudah semangat standbay dirmh sambil bw buku jowonya buat nyiapain hari baik. Dan hari pilihan kamipun sangat cocok sm buku jowo bawaan mbah kung. \=D/ senengnyaaaa kamiiii... YaAllah kadang jg pingin nangis jujur kalo boleh minta ida jg pingin lahiran anak ke2 nanti msh ditungguin sm mbah kung. ( mbah buyut):'( .. Tp Allah punya rencana lain ternyata. Skrg kita cm bisa mendoakan saja semoga alm khusnul khotimah diterima disisiNya diampuni dosa2 nya dilapangkan kuburnya. Aamiiin... Sekian... Sebenernya masih buanyakkkk bgt kenangan manis bersama alm mbah kakung.. Yahhh sudahlah.. :'( # sambil meres saputangan lho iniii serius!!#:-S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 07 Oktober 2014

Selamat Jalan Bapak, Selamat Jalan Pahlawanku



5 Oktobeker 2014
Hari bersejarah dalam kaluarga kami, hari dimana orang yang menjadi suri teladan kami tutup usia. Kami berlima banyak meneladani beliau, khususnya saya. Ada yang bilang seribu petuah tidaklah cukup, namun satu teladan sudah lebih dari cukup. Nah itulah beliau, hanya memberikan teladan, tidak banyak bicara. Saya berharap bisa meneladani hal yang satu ini.
Hari bersejarah dalam keluarga kami, karena beliau yang menghidupi kami telah berpulang, yang menjadi nahkoda keluarga besar kami, yang menularkan pada kami tata cara menjalani hidup! Orang tua, teman, kakek, kakek buyut, guru bagi keluarga kami telah dipanggil menghadap-Nya.
Tepat 84 tahun, 9 bulan, 4 hari (hari ini 5 Oktober 2014), Bapak kami Saliman Retnosiswoyo meninggalkan kami, untuk menghadap-Nya.

1 Januari 1930
Tanggal dimana pahlawan kami dilahirkan, hari dimana Indonesia masih dikuasai oleh penjajah belanda. Kami tidak tahu persis bagaimana kondisi saat beliau dilahirkan, namun kami paham bahwa kondisi saat itu, hidup dibawah tekanan penjajahan belanda pastilah sangat sulit, gambaran dari cerita-cerita di film atau pelajaran sejarah. Kondisi itulah di tahun 1930 pahlawan kami dilahirkan. Lahir dan besar dalam kondisi serba susah, membuat ayahanda kami tumbuh menjadi pejuang yang luar biasa kuat, tahan banting dan mampu membesarkan kami berlima sampai saat ini.

Berjalan kaki 20 km untuk sekolah
Perjuangan kami, anak-anaknya tidaklah sebanding dengan perjuangan Beliau. Selain kondisi yang memaksa demikian, semangat hidup yang beliau miliki luar biasa. Sekelumit cerita yang sempat kami dengar, bahwa beliau harus berjalan kaki berpuluh-puluh kilo menuju sekolah rakyat, untuk belajar. Dan pendidikan itulah yang pada akhirnya menjadikan beliau sebagai kepala sekolah SD, dimana kami berlima mengenyam pendidikan dasar di sana. SD yang paling besar di desa kami SD Negeri Gebang 2, di situlah Almarhum Ayah kami menyelesaikan karirnya dan pensiun sebagai kepala sekolah. Sudah ribuan orang sukses yang terlahir dari sekolah ini. Saya ingat betul bagaimana sepak terjang beliau untuk membesarkan sekolah SD ini, saya tahu persis karena saya 6 tahun di sana, dan karena saya sebagai anaknya merasakan betul pengabdian beliau bagi Negeri ini melalui SD negeri Gebang 2. Semoga Allah menghitung amal ibadah Ayah kami sebagai pendidik! Amal ibadah yang menambah timbangan pahala di sisi-Nya kelak. Selain sebagai pendidik, almarhum ayah kami sangat aktif dalam ber-organisasi, sebuah kontribusi positif yang menjadi panutan bagi kami.

Sedikit bicara banyak Kerja
Saya teringat sosok yang diperankan Mathias Muchus di film laskar pelangi, berperan sebagai ayah Ikal, ayah yang menurut Ikal adalah ayah terbaik di dunia. Sosok tersebut, sosok ayah Ikal tersebut seperti ayah kami, Tak banyak bicara hanya bekerja. Tak banyak bicara, hanya suri teladan. Orang bilang Almarhum adalah pendiam, bagi kami adalah bijaksana “sedikit bicara banyak bekerja’. Orang lain bilang almarhum banyak diam, bagi kami adalah bijaksana, bisa memilah mana yang baik dilakukan mana yang harus ditinggalkan. Saya berharap bisa meneladani beliau, bisa menjadi orang yang sedikit bicara banyak bekerja, menjadi orang bijaksana, menjadi suri teladan.
Kami mengenal beliau sebagai sosok yang bisa mengalahkan ego, selama itu untuk kebaikan orang lain, beliau akan mengalah dan ihklas merelakannya. Memilih dia daripada ribut, bukan tidak berbuat apa-apa, tapi diam untuk mengalah demi kebaikan.

Meninggalkan 1 istri, 5 anak, 12 cucu, 9 cicit, dan jutaan Kenangan
(lebaran 2013) Bapak - Ibu - Budhe Padmi - Joko - Om Aris - Pakdeh Bas - Budhe Tini
Kami 5 bersaudara:
Ibu kami: Suratiyem (30 Januari 1936), adalah pasangat sejati dalam membesarkan kami:
      1.       Eko Sri Sartini (4 anak, 6 cucu)
      2.      Dwi Supadmi (3 anak, 3 cucu)
      3.      Tri Basuki Rahmad (2 anak)
      4.      Joko Ristono (3 anak)
      5.      Agus Ristanto (akan menikah 9 Otkober 2014)
Masing-masing dari kami, anak-anak kami, cucu kami, memiliki kesan mendalam yang semuanya positif terhadap Almarhum. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab, sebagai simbah yang sangat menyayangi cucu-cucunya. Beliau termasuk orang yang melankolis, seperti saya. Sangat rapi menyimpan foto-foto kenangan akan-anak dan cucu-cucunya. Foto yang selalu dipandanginya setiap saat merindukan kami, merindukan cucu-cucunya. Masing-masing dari kami memiliki kenangan masing-masing, ataupun kenangan bersama dengan beliau.
Bersama Cucu dan Cicit
Saliman Retnosiswoyo

Saat saya masih kecil, mungkin di usia 7 – 8 tahunan, saya selalu bilang “kok perempuan namanya Retno”, aneh sekali pikirku waktu itu. Karena sepengetahuan saya, Retno adalah nama Bapak Saya, dan itu nama laki-laki.
Pada akhirnya saya tahu, bahwa Almarhum Ayah saya punya nama yang Unik, Retnosiswoyo, yang lebih jamak digunakan sebagai nama perempuan “retno”, tapi saya tetap yakin Retnosiswoyo adalah nama laki-laki. Nama panggilan Pak Retno dan banyak juga yang panggil Pak Sis.
Nama lengkap Almarhum adalah Saliman Retnosiswoyo. Saliman adalah nama kecil beliau. Almarhum adalah 5 bersaudara, dan anak bungsu dari 5 besaudara tersebut. Semua saudaranya sudah mendahului menghadapnya lebih dari 10 tahun lalu (tidak ingat persisnya).

Suratiyem
Ibu kami, adalah pasangan ideal bagi Almarhum ayah kami. Di bawah bimbingan mereka berdua kami tumbuh dan berharap menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa dan agama. Berperan sebagai menteri keuangan kami, Ibu sangat pandai mengelola keuangan, yang kami tahu pekerjaan yang sangat sulit, karena yang dikelola tidaklah uang besar, tapi bagaimana mengelola uang kecil untuk membiayai kehidupan kami. Bahkan ada momen dimana kami ber-3, saya, kakak dan adik kuliah dalam waktu bersamaan, bagaimana gaji seorang pegawai negeri bisa dikelolan untuk membiayai 2 anak kuliah swasta dan 1 kulian negeri (yang kulian negeri saya, di Undip). Saya tidak mewarisi bakat ibu saya ini, masih belajar bagaimana beliau sangat mahir mengelola keuangan, sementara saya gaji berapapun selalu kekurangan. Petuah yang senantiasa disampaikan Ibu kepada anak-anaknya adalah: KEJUJURAN, JANGAN PERNAH MENGINGINKAN YANG BUKAN HAKNYA, APALAGI DENGAN CARA TIDAK JUJUR!

Gaji Pertamaku Tahun 1994
Setelah kuliah selama 5 tahun, selang beberapa bulans etelah wisuda, saya bekerja sebagai Medical Pepresentative di PT Merck Indonesia. Bulan Juli 1994, saya ditempatkan untuk wilayah malang, madiun, kediri. Sebulan setelah bekerja, saya sempatkan untuk pulang, dan saya ingat betul Gaji pertama saya, saya belikan Razor, pisau cukur elektrik khusus untuk almarhum ayah saya. Saya tahu, saking sayangnya beliau menghargai pemberian ini, razor itu tidak pernah dipakai dan disimpan sebagai kenangan.

Sehat sampai Tua
5 tahun lalu, beliau naik kereta ke Jakarta, untuk menengok kami, anak dan cucunya di bogor. Usia 79 tahun, masih segar bugar dan mampu menempuh perjalanan naik kereta solo – gambir. Kami tahu kunci sehat beliau adalah banyak aktivitas, makan secukupnya dan istirahat. Kondisi yang memaksa beliau untuk hidup dengan banyak gerak, terbayar dengan panjang umur dan tetap sehat. Kondisi dengan makanan “kampung” yang ternyata jauh lebih sehat daripada makanan orang kota. Gak ada ceritanya Almarhum berangkat kerja gelap dan sampai rumah jam 11 malam seperti anaknya yang tinggal di Jakarta ini. Istirahat cukup dan tingkat stress tidak seperti yang saya rasakan.

Seingat saya, almarhum sakit dan harus dirawat di rumah sakit, hampir-hampir tidak pernah. Terakhir tahun 2010-an, saat terkena darah tinggi. Sakit yang diderita terakhir, disebabkan karena beliau tidak mau makan, sehingga badan lemah dan harus dirawat di rumah sakit. Gejala seperti gejala stroke, tapi bukan, setelah dapat asupan nutrisi cukup, kondisi pulih kembali. Karena sudah tidak ada tindakan medis, Almarhum dirawat di rumah. 2 hari terakhir sebelum beliau meninggal, karena kondisi lemah tidak mau makan, dipasang Infus. Alhamdulillah beliau meninggal dengan tenang, disamping anak-anaknya... (kecuali saya... maafkan saya Ayah)

Jadi imam di masjid sampai 2 tahun lalu (2012)
Alhamdulillah, sampai almarhum masih kuat berjalan ke Masjid dan berdiri lama, beliau masih menjadi imam sholat jamaah di Masjid, menjadi imam taraweh dan menjadi khotib sholat jumat. Sayangnya anak-anaknya belum ada yang mewarisi. 2 tahun terakhir karena kondisi fisik yang sudah tidak memungkinkan, beliau mengerjakan sholat di rumah. Sama seperti Ibu, beliau tidak pernah meninggalkan sholat tahajud dan sholat dhuha. Semoga amal ibadah ini diterima di sisi-Nya.

Tak pernah lepas dari Radio Transistor
Mengisi waktu dengan mendengarkan radio, dan sepanjang waktu yang didengarkan adalah ceramah ustad lokal sragen. Kemanapun, radio transisitor ini beliau bawa, dicangklong dipunda, dengan volume kencang-kencang. Karena radio AM, saat dibawa berjalan, posisi radio sangat menentukan kualitas suara karena gelombang AM ini, sehingga kadang suaranya timbul tenggelam. Kata saudara2 saya yang tinggal dekat dengan Beliau, radio ini tidak pernah berhenti, non stop, kecuali saat tidur malam.

Maaf hanya saya yang tak bisa merawatmu setiap hari
Satu hal yang membuat saya bersedih, saya hanya beresempatan bertemu beliau setahun sekali, saat hari raya lebaran. Sejak merantau ke Jakarta, saya merasa sangat berdosa, setahun sekali mengunjungi beliau dan ibu. Tidak bisa ikut merawat beliau saat sakit sebulan terakhir. Sekali merawat beliau saat dirawat di rumah sakit, 3 hari saya pulang ke sragen, dan bermalam di rumah sakit. Melakukan yang terbaik untuk beliau, mengganti popok, menganti baju, memandikan, mencuci baju, menyuap, ... hal-hal yang ingin saya lakukan di hari-hari terakhir beliau, tapi mohon maaf ayah, anakmu masih terpenjara dengan pekerjaan di Jakarta, tidak bisa menemanimu setiap hari.

Menjelang Pernihakan Agus Ristanto
9 Oktober 2014, adalah hari bersejarah. Kami semua berharap, khususnya adik saya, Alharhum sempat menyaksikan pernikahan anak terakhirnya “Agus Ristanto”. Namun Allah berkehendak lain, Allah lebih menyayangi beliau, sehingga memanggilnya sebelum menyaksikan anak terakhirnya menikah. Keluarga kami sepakat merubah format pernikahan menjadi sederhana, tidak ada kegiatan pesta untuk menghormati Beliau. Kami tahu, jauh hari sebelumnya sudah memberikan restunya untuk pernihakan ini.

Jangan Harap Bapak Marah
Seperti saya cerita tadi, orang yang paling baik dalam hal mengontrol emosi adalah almarhum Bapak saya, hampir seumur hidup saya belum pernah saya dimarahi beliau, namun dalam sikap diam-nya kami paham bahwa kami melakukan kesalahan. Tak perlu marah-marah untuk mengajari hal benar kepada anak-anaknya “mungki itu yang beliau pikirkan”. Dan saya rasanya mewarisi hal ini, saya membesarkan anak-anak saya hanya dengan kasih sayang, sesekali marah hanya sebagai penyeimbang.

Kenangan masa kecilku
Bagi saya, almarhum adalah ayah terhebat di dunia, masa kecilku terkenang sampai sekarang, sangat bahagia. Kenangan demi kenangan masih lekat sampai saat ini, kenangan yang membekas di pikiran saya tentang bagaimana Beliau sebagai bapak membesarkan saya.

Saya jauh lebih beruntung dari anak-anak lain di kampung saya, nonton sirkus “gadis plastik”, saya ingat betul, bagaimana seorang perempuan mampu melakukan atraksi dengan tubuhnya yang sangat lentur, itulah sebabnya diberi nama gadis plastik. Pertadingan bola dengan mengendarai motor “sepak bola motor”, dimana semua pemainnya mengendarai sepeda motor, dan pastinya saat itu belum ada motor matic. Mengejar bola dengan motor, menendang bola dengan roda depan, menggiring bola dengan kaki dari atas motor. Sungguh tontonan yang luar biasa di tahun 70 – 80 an.

Saya sampai punya pembalap favorit waktu kecil, Popo Hartopo, saking seringnya Bapak mengajak saya menonton balapan motor cross.
Beberapa kali nonton “karapan sapi”, luar biasa. Saya saja belum pernah mengajak adib dan shafa melihat karapan sapi, namun masa kecil saya, Bapak sering mengajak saya melihat karapan sapi. Saya lupa apakah itu di luar kota atau di sragen, termasuk sirkus, motor cross saya juga lupa itu di luar kota atau di dalam kota sragen, yang jelas saya bahagia sebagai anak kecil

Setiap tahun sekali, ada acara “cembrengan” di pablik gula, yaitu pasar malam dan siang yang diadakan setahun sekali oleh pabrik gulan, mejadi tujuan wisata yang sangat istimewa bagi warga sragen dan sekitarnya. Dalam setiap perhelatan bapak minimal mengajak saya 2 – 3 kali ke lokasi ini. Mainan mobil-mobilan dari kayu menjadi mainan andalan yang saya minta dibelikan ke Bapak saya.

Mercon rawit adalah mainan yang boleh kami miliki setahun sekali, di hari raya lebaran, Almarhum selalu membelikan dalam jumlah cukup setiap lebaran.
Potong rambut menjadi saat yang menyenangkan, karena setelah potong rambut saya dijanjikan untuk dibelikan jajan, berupa es strup (es sirup), minuman yang hanya bisa kami nikmati setahun sekali itu menjadi daya tarik luar biasa, sehingga saya berharap rambut ini cepatlah panjang biar segera bisa minum es sirup. Oh iya ingat tukang potong rambutnya namanya Lik Saman.

Barang istimewa lain yang beliau belikan untukku adalah harmonica, saya memintanya saat masih di SMP, dan itu adalah alat musik pertama yang saya kenal dan saya belajar memainkannya.

Saat mengajar di SD, almarhum sering ada rapat di luar sekolah, suara motor Bapak sangatlah akrab di telinga saya, sehingga saya tahu saat bapak meninggalkan sekolah dan saat bapak datang kembali ke sekolah. Saya merasa hampa saat mendengar suara motor itu meninggalkan sekolah, meskipun saya tahu nanti akan kembali, namun belajar dengan mengetahui Bapak tidak ada di sekolah membuat pikiran saya galau (kata anak sekarang). Dan sebaliknya belajar menjadi tenang saat Bapak ada di sekolah.

Ini kenangan yang saya mohon Bapak memaafkan saya. Di kantong celana yang Bapak cantolkan di kamar, sering ada banyak uang receh, dan tanpa sepengetahuan bapak, saya mengambilnya hanya untuk sekedar membeli jajan. Maafkan saya Bapak, saya yakin bapak mengetahui apa yang saya lakukan waktu itu, namun bapak membiarkan karena Bapak yakin pada akhirnya saya menyadari kesalahan itu.

Selamat Jalan Ayah
Lebaran 2014
Saat saya menciummu terakhir kali, saat Kau tidak bernafas lagi, perasaanku campur aduk! Saya bersedih karena tidak akan melihatmu lagi, sehingga saat kukecup keningmu saya melakukannya dengan penuh perasaan. Saya kepikiran, apa yang sedang Engkau hadapi di alam sana, sehingga saya menciummu sambil berdo’a semoga Allah menerima semua amal ibadahmu. Saat menciummu terakhir kali, saya  berpikir, belumlah cukup aku membalas budimu! Bahkan lebaran terakhir 2014 saya tidak bisa menemuimu. Maafkan aku ayah.
Selamat jalan, selamat menjalani hidup baru, tenang di alam kubur, dan semoga kelak dipertemukan kembali oleh Allah di akhirat nanti.


Selamat jalan pahlawanku!

Do’a kami akan senantiasa menemanimu. Amin.

Joko Ristono

KESAKSIAN ANAK CUCU

1. Pakdhe Basuki - Yogya
Aku juga ada salah sama Kakung, barangkali Kakung sudah melupakannya, tapi aku masih inget terus sampai sekarang.....Waktu itu th 1997, Seto masih umur 1,5 th...Kakung tindak ke Yogya waktu itu aku tinggal di Kantor, karena Gubug di Piyungan belum siap ditempati, Kakung Rawuh ke Kantor hari minggu untuk nengok Cucunya (Seto), tapi Seto sama Ibunya ada di t4 Budhe Warno, karena malam harinya aku sama Ibunya Seto habis Ribut, aku sempet ngomong ke Kakung kasar karena masih terbawa suasana hati yg marah, akhirnya Kakung gak jadi ketemu cucunya terus Kundur lagi ke Solo, karena waktu itu mas Yayan lagi di Rawat RS karena kecelakaan, Kakung selalu ada di RS nemeni Mas Yayan, maafkan kesalahan kami waktu nggih Kung, walaupun aku yakin Kakung sudah melupakan kejadian waktu itu....!

2. Mas Yayan - Sragen
Kakung memang orang hebat Om, mungkin aq adah cucu yg paling banyak dosa terhadap belio, pada thn 1997 aq pernah menyuruh kakung pulang dari RS kalo kakung gak mau memberiku sebatang rokok waktu aku dirawat, aku jg pernah memerintah belio utk jadi satpam penunggu diluar pintu waktu aq ngerokok didalam kamar agar tak ketahuan oleh perawat atao dokter....

3. Budhe Yani - Yogya

Iya beliau bapak mertuaku yg aq kagumi dan aq banggakan,selama aq jd anak menantu beliau tak pernah aq melihat beliau marah,beliu tekun ibadahnya setiap malam saat kita tidur pules pasti beliau bangun unt sholat tahajud itu tiap mlm beliau laksanakan,dulu swkt beliau msh sht beliau orgnya rajin tiap pg bw cangkul ke swh walaupun kita larang beliau ngendiko mumpung msh sehat,tp setelah belia gerah kita g tega dan kshan melihtnya,Alloh sdh memberi yg terbaik kagem mbah kakung,semua itu tinggal kenangan kita skrg hanya bs mendoakan smg mbah kakung khusnul khotimah,di ampuni sgl dosanya,dan di terima ibadah Islamnya jg di temptkan di t4 yg layak di sisi Nya Aamiin.... (mari kita semua anak, cucu dan cicit meniru watak dan sifat Almarhum mbah Kakung yangs elalu sabar dan tawakal. Aamiin....)

4. Putri Utami - Cucu Bekasi
Putri punya kenangan manis bersama mbah kakung....ketika itu putri smester 1 dpt tugas antropologi utk ngangkat kisah dr daerah, putri terbersit untuk menjadikan kakung sbg narasumber. Stlh janjian pd hari yg dsepakatin putri dtg ke rumah gebang bersama 4 tmen cowok skelompok putri (salah satunya ayah Rizwan), sesampainya di gebang mbah sudah menunggu kami di teras dengan baju batiknya dan stumpuk buku dsampingnya, sembari memakai kacamata hitam dan radio kecil yg sedang beliau dengarkan. Singkat cerita, putri dan teman2 mulai menginterview beliau tentang kisah mula berdirinya sragen, dengan segala kejadian2 yg terjadi, kakung menceritakan dengan runtut dengan bahasa yang sangat santun dan disampaikan dengan penuh wibawa. Sampai teman2 putri tertegun akan cerita yg disampaikan smpe akhirnya smua nimbrung bertanya, dan semua sangat kagum dan komentar positive tentang kakung. Dan ternyata setumpuk buku itu adalah buku referensi yg sudah beliau siapkan untuk memperkuat data yg saya cari. Beliau adalah sosok yg sangat "open" (merawat) smpe2 naskah yg sudah usang akan kisah sragen pun beliau masih menyimpannya. Dan juga foto2 kita semua beliau sangat rapi menyimpannya. Stlah hasil interview putri diskripsikan dan dketik ternyata menjadi sebuah cerita yg sangat menarik untuk di baca, dan menghasilkan nilai A untuk saya dan menjadikan saya lebih semangat dan dpt terpacu untuk selalu mendapatkan nilai yg bagus dan mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab dan tuntas. Terima kasih Eyang kakung, perangai beliau sungguh melekat di hati dan sangat pantas untuk kita banggakan. ({})  We love you kakung =')

5. Mbak Ida - Cucu Palembang

Hadirrr.. Ya Allah kembali nangis lg inget alm mbah kakung. Sedih bgt tu ketika pengen plg ngliat jenazah alm tp allah blm ngizinin bwt plg. Cm doa dr sini lah yg bisa kami lakukan buat alm mbah kung. Haahh adzan subuhpn blm berkumandang, tapiii duit 500 rupiah gambar monyet udah terselip digenggaman tangan kecilku. Tiapppp pagiiii.. Tiap mlm sllu dipinjemi radio kecil kresek2 buat dengerin lagu abg haduhhh meskipun ida jg tau alm sbnrnya jg pingin dengerin siaran berita ato dengerin wayang. Demi ida cucu cantiknya <3<3 relaaa mbhkung ngalah. Itu kenangan ida abg bersama alm mbah kakung. Ada lagiii pas hari mas aan nglamar ida, pg2 alm sudah semangat standbay dirmh sambil bw buku jowonya buat nyiapain hari baik. Dan hari pilihan kamipun sangat cocok sm buku jowo bawaan mbah kung. \=D/ senengnyaaaa kamiiii... YaAllah kadang jg pingin nangis jujur kalo boleh minta ida jg pingin lahiran anak ke2 nanti msh ditungguin sm mbah kung. ( mbah buyut):'( .. Tp Allah punya rencana lain ternyata. Skrg kita cm bisa mendoakan saja semoga alm khusnul khotimah diterima disisiNya diampuni dosa2 nya dilapangkan kuburnya. Aamiiin... Sekian... Sebenernya masih buanyakkkk bgt kenangan manis bersama alm mbah kakung.. Yahhh sudahlah.. :'( # sambil meres saputangan lho iniii serius!!#:-S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar