Kamis, 25 September 2014

Mbuh Yo Opo Carane Kudu Iso


Kreativitas adalah menemukan, menjalankan, mengembangkan, mengambil resiko, menghancurkan kebakuan, membuat kesalahan, dan menjalankan semuanya tanpa bebam – Mary Lou Cook
Saya pernah merasakan pelayanan PLN saat pak Dahlan Ihsan menjabat sebagai dirut PLN periode 2009 – 2011. Pasti Anda setuju bahwa bapak yang satu ini memiliki gaya kepemimpinan yang tegas, blak-blakan dan type pekerja keras. Pada tahun 2010-an, saya agak lupa, kantor cabang perusahaan saya yang di Surabaya ada masalah dengan travo yang meledak dan tagihan yang tanpa sepengetahuan kami ada tunggakan, yang baru diketahui setelah kejadian ini. Untuk urusan ini kami terpaksa beberapa kali datang langsung ke kantor cabang PLN yang di embong trengguli kalo nggak salah. Yang membuat saya terkesan bukan pelayanannya, tapi poster motivasi yang ditempel di setiap ruang kerja mereka “MBUK YO’OPO CARANE KUDU ISO” & “KERJO – KERJO – KERJO”. Slogan khas bahasa Surabaya, dan itu adalah kata-kata motivasi dari  sang Dirut untuk menyemangati seluruh karyawan PLN seluruh nusantara. Mantab.

Apapun caranya, harus bisa!
Dalam bahasa jawa seperti judul di atas, mbuh yo opo carane, kudu iso! Ungkapan ini mengandung semangat yang sangat luar biasa, fokus pada tujuan yang ingin dicapai, tidak peduli kesulitan dan rintangan yang bakal dihadapi, harapannya hanya satu “tujuannya tercapai”.

Kisah Raeni si Anak Tukang Becak Kejar Ilmu Hingga Inggris (Liputan6, 13 Juni 2014)
Raut wajah Mugiyono berseri-seri tak kuasa menahan senyum yang menampilkan deretan giginya yang putih. Dia bersemangat mengayuh becaknya mengantar gadis manis yang berdandan rapi dan memakai toga wisuda. Maklum, gadis yang menumpang becaknya adalah putri bungsunya.

Raeni, namanya. Penerima beasiswa Bidik Misi yang mengambil Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu, berangkat ke lokasi wisuda dari indekosnya diantar ayahnya dengan becak.

Ayah Raeni memang bekerja sebagai tukang becak, yang setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono, setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Penghasilannya tak menentu. Sekitar Rp 10-Rp 50 ribu per hari. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.

Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Dia beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna! Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus, sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawati terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96.

Raeni juga menunjukkan tekad baja, agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. "Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut. "Sebagai orangtua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.

Rektor Unnes Fathur Rokhman mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.

Ubah Minder Jadi Prestasi
"Dulu pernah minder orangtua tukang becak. Tapi, kenapa minder? Beliau orangtua saya, mendidik saya, meski tidak memberi biaya hidup banyak (saat kuliah), tapi mendukung saya. Saya sangat bangga," katanya.
Selama kuliah, ia dikenal cerdas dan disiplin. Bahkan, berkali-kali menjuarai lomba dan memperoleh hadiah uang tunai, yang sebagian disisihkan untuk diberikan kepada orangtuanya, Mugiyono dan Sujamah.

Gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu juga sangat aktif di kampus, antara lain dengan menjadi Tenaga Laboratorium Asistenship Pendidikan Akuntansi FE Unnes dan Tenaga Laboratorium Asistenship Jurusan Pendidikan Ekonomi FE Unnes. Nilai 4 dalam IPK-nya seakan menjadi rutinitas sejak masuk kuliah. Menurut Raeni, manajemen waktu menjadi kunci suksesnya. Raeni mengaku sangat mengatur waktu belajarnya bahkan ketika jeda pergantian jam mata kuliah.

Meski belajar dan mengerjakan tugas menjadi prioritas saat kuliah, ia tetap menjaga komunikasinya dengan teman-teman. "Kalau jeda kuliah saya juga interaksi dengan teman, update info juga," katanya
Penerima beasiswa Bidikmisi itu tidak hanya disiplin dalam hal akademik. Di kehidupan sehari-harinya di kos, Raeni tetap dikenal sebagai sosok disiplin oleh penghuni dan ibu kos. Ia selalu berusaha menjalankan salat berjamaah di Masjid, seperti yang diajarkan orangtuanya.

Sejak kuliah ia nyaris tak pernah merepotkan kedua orangtua. Sejak semester 3, Raeni sudah berusaha mencari penghasilan tambahan dengan memberikan les private kepada murid SMA.
Sosok Mugiyono yang sempat membuatnya minder, ternyata mampu membentuk Raeni berdisiplin, sportif, dan hidup sederhana.
Ditawari Beasiswa ke Inggris
Kepala Humas Unnes Sucipto Hadi Purnomo mengabarkan, sejumlah perusahaan menyatakan minatnya untuk merekrut sarjana pendidikan ekonomi ini bekerja. Selain itu, sebuah foundation juga menyatakan minatnya menyeponsori gadis kelahiran Kendal ini kuliah S2 di Inggris. Senada dengan itu, Rektor Unnes akan memfasilitasi Raeni untuk kuliah S2 seperti cita-citanya. "Beasiswa itu kami upayakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," katanya.

Raeni telah memberikan pesan penting kepada kita bahwa pendidikan dapat menjadi alat memotong mata rantai kemiskinan. Pemerintah telah mengupayakan supaya anak-anak berpestasi dari keluarga tidak mampu dapat menikmati pendidikan tinggi. Selain itu, yang paling penting dari diri Raeni adalah tentang pentingnya kesungguhan. Dia membuktikan kepada kita semua, kondisi keluarga yang berkekurangan tidak jadi kendala jika diiringi dengan tekad yang kuat.

Kisah Raeni ini sudah cukup menjelaskan, bahwa apapun kondisinya, selama punya kemauan yang kuat, tujuan pasti tercapai. Saat fokus pada tujuan, maka kita akan memiliki kekuatan yang membuat kita menjadi sangat kreatif untuk menemukan jalan dan untuk menghadapi semua rintangan. Yang penting adalah tujuannya positif, dan cara-cara yang dilakukan tidak merugikan orang lain, rasanya slogan “mbuh yo’opo carane kudu iso” patut dijalankan.
Bayangkan bila kita memiliki semangat dan mental seperti ini, akan semakin banyak orang sukses, semakin maju pula Negara ini, karena semangat pantang menyerah, karena kreativitas.

Bagaimana agar saya menjadi kreatif
Anda mungkin salah satu penggemar film serial tv tahun 80-90 an, ya “Mc Giver” sosok muda, cekatan yang selalu mampu memecahkan semua masalah yang dihadapinya. Dalam setiap cerita film-nya, digambarkan bagaimana mc Giver mampu meloloskan diri dari situasi sulit. Yang Unik adalah dia selalu mampu menggunakan apapun benda yang ada di sekitarnya untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk menyelamatkan dirinya. Begitulah kehidupan, setiap masalah selalu disetai dengan solusinya. Alam telah menyediakan semua yang kita perlukan dan kreativitas kita yang akan memanfaatkan keterlimpahan tersebut.

Supaya saya bisa bilang “mbuh yo’opo carane kudu iso”, berarti saya harus kreatif, dan menjadi kreatif itu tentu tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa (baca artikel, menjadi kreatif itu mudah). Secara ringkas dalam tulisan ini, Andapun bisa menjadi kreatif dengan beberapa cara sebagai berikut: Anda harus menjadi gelas yang kosong dan terbukan untuk menerima masukan dan pengetahuan baru, terbuka dengan berbagai hal, termasuk terbuka dengan apa yang kita kerjakan yang akhirnya kita tulus melakukannya, ketulusan akan membuat Anda lebih kreatif. Selanjutnya untuk kreatif Anda harus Percaya diri, berteman dengan mereka yang kreatif, senantiasa belajar, bencilah pada rutinitas, selalu bertanya “why dan how come”

Selamat mencoba!

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 25 September 2014

Mbuh Yo Opo Carane Kudu Iso


Kreativitas adalah menemukan, menjalankan, mengembangkan, mengambil resiko, menghancurkan kebakuan, membuat kesalahan, dan menjalankan semuanya tanpa bebam – Mary Lou Cook
Saya pernah merasakan pelayanan PLN saat pak Dahlan Ihsan menjabat sebagai dirut PLN periode 2009 – 2011. Pasti Anda setuju bahwa bapak yang satu ini memiliki gaya kepemimpinan yang tegas, blak-blakan dan type pekerja keras. Pada tahun 2010-an, saya agak lupa, kantor cabang perusahaan saya yang di Surabaya ada masalah dengan travo yang meledak dan tagihan yang tanpa sepengetahuan kami ada tunggakan, yang baru diketahui setelah kejadian ini. Untuk urusan ini kami terpaksa beberapa kali datang langsung ke kantor cabang PLN yang di embong trengguli kalo nggak salah. Yang membuat saya terkesan bukan pelayanannya, tapi poster motivasi yang ditempel di setiap ruang kerja mereka “MBUK YO’OPO CARANE KUDU ISO” & “KERJO – KERJO – KERJO”. Slogan khas bahasa Surabaya, dan itu adalah kata-kata motivasi dari  sang Dirut untuk menyemangati seluruh karyawan PLN seluruh nusantara. Mantab.

Apapun caranya, harus bisa!
Dalam bahasa jawa seperti judul di atas, mbuh yo opo carane, kudu iso! Ungkapan ini mengandung semangat yang sangat luar biasa, fokus pada tujuan yang ingin dicapai, tidak peduli kesulitan dan rintangan yang bakal dihadapi, harapannya hanya satu “tujuannya tercapai”.

Kisah Raeni si Anak Tukang Becak Kejar Ilmu Hingga Inggris (Liputan6, 13 Juni 2014)
Raut wajah Mugiyono berseri-seri tak kuasa menahan senyum yang menampilkan deretan giginya yang putih. Dia bersemangat mengayuh becaknya mengantar gadis manis yang berdandan rapi dan memakai toga wisuda. Maklum, gadis yang menumpang becaknya adalah putri bungsunya.

Raeni, namanya. Penerima beasiswa Bidik Misi yang mengambil Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu, berangkat ke lokasi wisuda dari indekosnya diantar ayahnya dengan becak.

Ayah Raeni memang bekerja sebagai tukang becak, yang setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono, setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Penghasilannya tak menentu. Sekitar Rp 10-Rp 50 ribu per hari. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.

Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Dia beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna! Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus, sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawati terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96.

Raeni juga menunjukkan tekad baja, agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. "Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut. "Sebagai orangtua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.

Rektor Unnes Fathur Rokhman mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.

Ubah Minder Jadi Prestasi
"Dulu pernah minder orangtua tukang becak. Tapi, kenapa minder? Beliau orangtua saya, mendidik saya, meski tidak memberi biaya hidup banyak (saat kuliah), tapi mendukung saya. Saya sangat bangga," katanya.
Selama kuliah, ia dikenal cerdas dan disiplin. Bahkan, berkali-kali menjuarai lomba dan memperoleh hadiah uang tunai, yang sebagian disisihkan untuk diberikan kepada orangtuanya, Mugiyono dan Sujamah.

Gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu juga sangat aktif di kampus, antara lain dengan menjadi Tenaga Laboratorium Asistenship Pendidikan Akuntansi FE Unnes dan Tenaga Laboratorium Asistenship Jurusan Pendidikan Ekonomi FE Unnes. Nilai 4 dalam IPK-nya seakan menjadi rutinitas sejak masuk kuliah. Menurut Raeni, manajemen waktu menjadi kunci suksesnya. Raeni mengaku sangat mengatur waktu belajarnya bahkan ketika jeda pergantian jam mata kuliah.

Meski belajar dan mengerjakan tugas menjadi prioritas saat kuliah, ia tetap menjaga komunikasinya dengan teman-teman. "Kalau jeda kuliah saya juga interaksi dengan teman, update info juga," katanya
Penerima beasiswa Bidikmisi itu tidak hanya disiplin dalam hal akademik. Di kehidupan sehari-harinya di kos, Raeni tetap dikenal sebagai sosok disiplin oleh penghuni dan ibu kos. Ia selalu berusaha menjalankan salat berjamaah di Masjid, seperti yang diajarkan orangtuanya.

Sejak kuliah ia nyaris tak pernah merepotkan kedua orangtua. Sejak semester 3, Raeni sudah berusaha mencari penghasilan tambahan dengan memberikan les private kepada murid SMA.
Sosok Mugiyono yang sempat membuatnya minder, ternyata mampu membentuk Raeni berdisiplin, sportif, dan hidup sederhana.
Ditawari Beasiswa ke Inggris
Kepala Humas Unnes Sucipto Hadi Purnomo mengabarkan, sejumlah perusahaan menyatakan minatnya untuk merekrut sarjana pendidikan ekonomi ini bekerja. Selain itu, sebuah foundation juga menyatakan minatnya menyeponsori gadis kelahiran Kendal ini kuliah S2 di Inggris. Senada dengan itu, Rektor Unnes akan memfasilitasi Raeni untuk kuliah S2 seperti cita-citanya. "Beasiswa itu kami upayakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," katanya.

Raeni telah memberikan pesan penting kepada kita bahwa pendidikan dapat menjadi alat memotong mata rantai kemiskinan. Pemerintah telah mengupayakan supaya anak-anak berpestasi dari keluarga tidak mampu dapat menikmati pendidikan tinggi. Selain itu, yang paling penting dari diri Raeni adalah tentang pentingnya kesungguhan. Dia membuktikan kepada kita semua, kondisi keluarga yang berkekurangan tidak jadi kendala jika diiringi dengan tekad yang kuat.

Kisah Raeni ini sudah cukup menjelaskan, bahwa apapun kondisinya, selama punya kemauan yang kuat, tujuan pasti tercapai. Saat fokus pada tujuan, maka kita akan memiliki kekuatan yang membuat kita menjadi sangat kreatif untuk menemukan jalan dan untuk menghadapi semua rintangan. Yang penting adalah tujuannya positif, dan cara-cara yang dilakukan tidak merugikan orang lain, rasanya slogan “mbuh yo’opo carane kudu iso” patut dijalankan.
Bayangkan bila kita memiliki semangat dan mental seperti ini, akan semakin banyak orang sukses, semakin maju pula Negara ini, karena semangat pantang menyerah, karena kreativitas.

Bagaimana agar saya menjadi kreatif
Anda mungkin salah satu penggemar film serial tv tahun 80-90 an, ya “Mc Giver” sosok muda, cekatan yang selalu mampu memecahkan semua masalah yang dihadapinya. Dalam setiap cerita film-nya, digambarkan bagaimana mc Giver mampu meloloskan diri dari situasi sulit. Yang Unik adalah dia selalu mampu menggunakan apapun benda yang ada di sekitarnya untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk menyelamatkan dirinya. Begitulah kehidupan, setiap masalah selalu disetai dengan solusinya. Alam telah menyediakan semua yang kita perlukan dan kreativitas kita yang akan memanfaatkan keterlimpahan tersebut.

Supaya saya bisa bilang “mbuh yo’opo carane kudu iso”, berarti saya harus kreatif, dan menjadi kreatif itu tentu tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa (baca artikel, menjadi kreatif itu mudah). Secara ringkas dalam tulisan ini, Andapun bisa menjadi kreatif dengan beberapa cara sebagai berikut: Anda harus menjadi gelas yang kosong dan terbukan untuk menerima masukan dan pengetahuan baru, terbuka dengan berbagai hal, termasuk terbuka dengan apa yang kita kerjakan yang akhirnya kita tulus melakukannya, ketulusan akan membuat Anda lebih kreatif. Selanjutnya untuk kreatif Anda harus Percaya diri, berteman dengan mereka yang kreatif, senantiasa belajar, bencilah pada rutinitas, selalu bertanya “why dan how come”

Selamat mencoba!

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar