Rabu, 11 Desember 2013

MEMAKNAI SEBUAH PEKERJAAN

dimuat di majalah Intimate Telkom edisi Desember 2013 [Download Majalah]

download

Alkisah: 
Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

“Om beli bunga Om”
“tidak dik, saya tidak butuh“  ujar eksekutif muda tersebut yang tetap skibuk mengetik.
“satu saja om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri om” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu, pemuda itu berkata, “ Adik kecil, tidak melihat om sedang sibuk ? kapan – kapan ya dik kalo om butuh, om akan beli bunga dari kamu. “

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp0wm0eSuhkKfuZ4B69mTUFdLt_IHjORh0XBEXXtdlCWopT-GRuiAAPu1opaJFdGVYzvawsJYzU3ZPMmcQ2b_v_V42TQkvGodtBJBOFheXLcEb9ZebVPpZESLmLUH-yPwsR9O3_nEOAZo/s1600/Melamar-Pekerjaan.jpgMendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itupun beralih ke orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan makan siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar kafe itu, ia berjumpa lagi dengan gadis kecil itu dan kembali mendekatinya dan gadis kecil itu pun berkata , “om, sudah seleasai kerja kan? sekarang beli bunganya dong om? pinta gadis kecil itu. “murah kok om. Satu tangaki saja”  tambah gadis kecil itu.

Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda itupun mengambil uang dari sakunya dan memberiakn uang 2000-an kepada gadis kecil itu. Si gadis kecil itu pun mengambil uang tersebut dan memberikan uang tersebut kepada pengemis yang ada di tepi jalan. Si pemuda itupun mersa heran dan sedikit tersinggung.

“kenapa kamu tidak mengambil uang tersebut, malah kamu berikan kepada pengemis itu ? “tanya si pemuda itu. Gadis kecil menjawab “maaf om, saya sudah berjanji pada ibu saya bahwa saya harus menjual bunga- bunga ini dan bukan mendapat uang dari meminta – minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak boleh menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahawa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tadak seberapa tetapi keringat yang menetesdari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itupun akhirnya mengambil dompetnya dan membeli semua bunga- bunga itu. Bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.

Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang kita terima . kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan denagn sungguh – sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Denagn begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan. Sumber : BBM Aliyah Almas Sa’adah

Pasti masih segar di ingatan Anda tetang kisah seorang pengemis bernama “Walang” yang tertangkap razia bersama temannya yang berperan sebagai partner yang berpura-pura sakit. Saat ditangkap, petugas menemukan uang Rp 25.4 juta dalam kantong plastik di dalam gerobaknya. Kalau benar uang itu adalah hasil mengemis selama 15 hari, bisa jadi ini akan melukai banyak orang.

Bayangkan saja seorang manager senior belum tentu bisa mendapatkan gaji 25 juta sebulan apalagi 15 hari. Padahal seorang pengemis tidak harus banting tulang, jungkir balik, kaki jadi kepala kepala jadi kaki seperti hal-nya seorang manager. Tidak harus berangkat jam 5 pagi dan pulang jam 11 malam, seorang pengemis tidak harus diomelin boss setiap hari, tidak harus membuat RKAP tahunan, tidak harus membuat presentasi menarik untuk calon klien, tidak harus menjaga image di mta anak buah, bahkan tidak perlu menjilat atasan untuk menyelamatkan diri dari karir bila diperlukan. Yang harus dilakukan seorang pengemis adalah MEMBUANG HARGA DIRI dan MENENGADAHKAN TANGAN untuk belas kasihan orang lain.

Dan masih banyak lagi kisah sukses pengemis yang kita ketahui, seorang pengemis dengan 2 rumah dan puluhan sapi ternak di kampungnya, seorang pengemis yang menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi terkemuka….! Bahkan cerita yang lebih menyakitkan hati, saat pengemis dan gelandangan di kota bandung akan ditertibkan dan kepada mereka diberikan pekerjaan olah pemerintah setempat dengan gaji UMR! Apa jawaban mereka atas program pemerintah tersebut? Mereka tidak mau dan keberatan untuk meninggalkan profesinya sebagai pengemis, kecuali diberikan gaji Rp 3 juta (busyeeeet). Artinya profesi tersebut lebih menjanjikan daripada sekedar UMR!

Seorang pengemis dengan penghasilan >Rp 25 juta/bulan, sedangkan orang yang memberikan uang atas dasar belas kasian berpenghasilan < Rp 2juta/bulan (IRONIS)

Saya tidak mau berpajang lebar soal pengemis, karena menurut saya itu profesi tapi tidak termasuk pekerjaan, sebagaimana kata “pekerjaan” pada judul di atas, tapi paling tidak kisah diatas cukup memberi pelajaran bagi kita untuk tidak membuang Harga Diri! Lalu bagaimana dengan KORUPTOR? Aah lupakan saja mereka para koruptor (speechless laah).

Ada juga cerita yang sulit dicerna oleh akal pikiran normal kebanyakan orang, termasuk saya. ABDI DALEM. Ya, cerita kehidupan para Abdi Dalem yang ada di keraton Yogyakarta! Bagaimana mereka bekerja dan berkarya untuk keraton dan hanya dibayar Rp 2,000 – Rp 10,000 per bulan, di jaman Sekarang? Sungguh berbanding terbalik dengan cerita kebanyakan orang yang bekerja untuk harta / uang. Tapi itulah nyatanya, setiap orang memaknai bekerja dengan cara pandang yang berbeda-beda!

HAKEKAT PEKERJAAN
Ada pertanyaan yang selalu ditanyakan pada kita saat mengikuti interview pekerjaan! Apa tujuan kamu bekerja? Dan biasanya jawaban klasik kita adalah “mencari uang”/“membantu orang tua”/“cari pengalaman”, dll

Sebenarnya untuk apa kita bekerja? Apakah hanya untuk mencari nafkah? Sekedar agar memiliki status? Untuk mengaktualisasikan diri, atau untuk tujuan lain? Setiap orang bisa saja memiliki tujuan yang berbeda dan memaknai bekerja secara berbeda pula.

Ada yang memaknai bekerja sebagai berkah, sebagai ibadah, sebagai kehormatan, sebagai amanah, dan banyak lagi. Tak jadi masalah apapun makna bekerja buat kita, yang penting pastikan kita memaknainya secara positif, bekerja adalah suatu kesempatan untuk memanifestasikan semua potensi besar yang dibenihkan Tuhan dalam diri saya, sehingga potensi itu tidak sia-sia dan membuat hidup saya lebih berarti.

Lalu apa hakikat bekerja? Bagi saya bekerja adalah melakukan satu atau beberapa hal untuk memberikan kontribusi, dan atas kontribusi itulah kita mendapat imbalan. Apakah sesimpel itu! Iya, sesederhana itu! Kontribusi dibayar dengan imbalan.

Lebih jauh lagi, imbalan tidak semata-mata UANG yang akan membuat kita dihargai secara materi, namun imbalan bisa dalam bentuk emosional seperti tepukan di pundak dari seorang atasan, kekeluargaan dari sesame karyawan, kebersamaan dan lainnya yang semuanya tidak bisa dinilai dengan uang begitu saja. Bahkan bagi kita umat ber-agama, kontribusi dalam pekerjaan dibayar dengan pahala, yang membuat kita bahagia secara spiritual.

KONTRIBUSI
Apa makna kata kontribusi? Ada yang mengatakan kontribusi adalah Segala bentuk tindakan dan pemikiran yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah cita-cita bersama.

Kontribusi adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan tertentu dalam strata social ataupun dalam pekerjaan. Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.

Dalam tingkatan paling rendah, kontribusi adalah mengerjakan pekerjaan sesuai Jobs description, berpatokan jam kerja 9 to 5, itu saja. Sebagian besar orang / karyawan bekerja sesuai perintah, sesuai order, sesuai jam kerja, atau bahkan banyak dari harus berjuang sekedar menggugurkan kewajiban. Tentu dalam tingkatan ini, orang tidak akan bisa berkembang, begitu-begitu saja dan bisa jadi akan mentok karirnya sebagai seorang staf seumur hidup.

Tingkatan selanjutnya, seseorang memberikan kontribusi melebihi seharusnya, tidak sekedar mengerjakan job desk, namun mulai kreatif dengan ide-ide baru, inovasi dan improvisasi sehingga hasil yang diberikan jauh dari target seharusnya, yang artinya kontribusi menjadi lebih besar. Pada tingkatan ini, tidak lagi berhitung wajtu dan tenaga, tapi mereka focus pada result dan mereka percaya bahwa apa yang dilakukan akan kembali pada dirinya. Orang sukses memiliki ciri-ciri seperti ini!

IMBALAN
Kebutuhan dasar dari seseorang dalam bekerja adalah untuk mendapatkan uang. Ini adalah imbalan yang besar-kecilnya sangat ditentukan oleh besarnya kontribusi atau tanggungjawab yang diemban oleh seorang karyawan.
Sudah seharusnya seorang bekerja tidak sekedar mengejar “imbalan materi” semata! Terlalu sempit, terlalu picik! Beberapa cerita di atas menggambarkan mengenai tujuan dari bekerja, tidak hanya sekedar mencari imbalan materi tapi mencari imbalan bentuk lainnya, tidak hanya sekedar mengerjakan pekerjaan yang diberikan tapi juga mengerjakan hal lain selain yang ditugaskan sehingga memberikan kontribusi lebih.

MEMAKNAI BEKERJA SEBAGAI SEBUAH DEDIKASI:
Selama ini dedikasi itu dipahami sebagai sesuatu yang dipersembahkan kepada perusahaan atau orang lain. Seolah-olah dedikasi itu hanya untuk kemanfaatan pihak lain, sedangkan sang pemilik dedikasi hanya menjadi pelaksananya saja. Benarkah demikian? 
 
Jika pemikiran kita masih seperti itu, maka tak seorangpun akan benar-benar tertarik untuk menjadi pribadi yang berdedikasi tinggi. Enak di elu, gak enak di gue! Apalagi kalau menyangkut urusan kantor; asal pekerjaan beres saja sudah merasa cukup berdedikasi. Sudah saatnya untuk mengubah sudut pandang itu. Menurut hemat saya; dedikasi justru sangat bermanfaat bagi pribadi yang memilikinya. Kok bisa? Bagaimana caranya?
 
Inilah 5 cara yang bisa Anda lakukan agar dedikasi yang Anda bangun itu benar-benar bernilai bagi diri Anda sendiri dan pihak lain:
1.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk diri Anda sendiri
Keseluruhan tubuh kita disebut ‘diri’ atau ‘self’ yang maknanya berfokus kedalam, bukan kearah luar. Kita selalu bertanya; “apa manfaatnya untuk saya?” Begitu kita ‘melihat’ manfaat itu; maka kita terdorong untuk melakukan yang terbaik. Bukankah untuk diri sendiri Anda bersedia memberikan yang terbaik? Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk diri Anda sendiri, karena; baik buruknya hasil kerja Anda menentukan kualitas hidup Anda.
 
2.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk orang-orang yang Anda cintai
Mahluk sosial, itu kan sebutan kita? Hampa hidup kita tanpa ada orang lain disekitar kita. Indah hidup kita dengan orang-orang yang kita cintai menemani kita. Bagi para kekasih hati itu, bersediakah Anda melakukan yang terbaik? Pasti. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk orang-orang yang Anda cintai, karena; cinta memberi energi yang nyaris tak terbatas untuk menghasilkan prestasi tinggi. 
 
3.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk Tuhan
Kecuali Anda seorang atheis, pastilah Anda mengimani Tuhan. Kita beriman bahwa Dia mencatat setiap perbuatan dan menyiapkan balasannya. Beranikah Anda melakukan tindakan buruk dibawah pengawasan Tuhan? Terlalu beresiko. Anda pasti ingin dinilai baik dimata Tuhan. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk Tuhan, karena; Tuhan memberi imbalan atas setiap perbuatan dengan harga yang paling tinggi.
 
4.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk Profesi Anda
Pekerjaan berbeda dengan profesi. Coba perhatikan; ketika Anda mengeluh, apakah itu tentang pekerjaan Anda atau tentang profesi Anda? Normalnya, orang mengeluhkan pekerjaannya, bukan profesinya. Inilah profesi yang saya pilih, tapi kenapa ya kerjaannya seperti ini? Jika Anda terfokus kepada pekerjaan, maka Anda akan menemukan banyak hal yang menjengkelkan. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk profesi Anda, karena; kejengkelan dalam pekerjaan sehari-hari tidak akan terasa lagi ketika Anda menjunjung tinggi profesi.
 
5.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk Semesta
Ketika melayani seseorang, lihatlah orang-orang yang tidak terlihat dibelakang mereka. Istri, anak, tetangga, teman, suadara mereka. Saat Anda melayani orang itu dengan baik, dia pulang ke rumah dengan perasaan lega. Lalu dia memperlakukan istri dan anaknya dengan baik. Istri dan anaknya yang senang bersikap baik kepada tetangganya. Lalu tetangganya berlaku baik kepada orang lain yang ditemuinya. Lihatlah, pelayanan Anda kepada satu orang berpengaruh kepada semesta. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk semesta, karena; dengan dampaknya yang luas, Anda berpeluang menjadi seorang rahmatan lil’alamin. Berkah bagi seluruh alam.
 
Mengapa saya tidak mengajak Anda untuk mendedikasikan setiap tindakan terbaik Anda kepada perusahaan yang menggaji Anda? Karena dengan menjalankan kelima hal diatas, saya jamin; perusahaan Anda sudah dengan sendirinya mendapatkan manfaat optimal dari sikap Anda. Dan yang lebih hebatnya lagi, dengan ke-5 cara diatas, Anda sendirilah yang terlebih dahulu mendapatkan keuntungannya. Sumber : Bondan S Prasetyadi

Mari Berbagi Semangat! 

Salam SmartLife
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 11 Desember 2013

MEMAKNAI SEBUAH PEKERJAAN

dimuat di majalah Intimate Telkom edisi Desember 2013 [Download Majalah]

download

Alkisah: 
Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

“Om beli bunga Om”
“tidak dik, saya tidak butuh“  ujar eksekutif muda tersebut yang tetap skibuk mengetik.
“satu saja om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri om” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu, pemuda itu berkata, “ Adik kecil, tidak melihat om sedang sibuk ? kapan – kapan ya dik kalo om butuh, om akan beli bunga dari kamu. “

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp0wm0eSuhkKfuZ4B69mTUFdLt_IHjORh0XBEXXtdlCWopT-GRuiAAPu1opaJFdGVYzvawsJYzU3ZPMmcQ2b_v_V42TQkvGodtBJBOFheXLcEb9ZebVPpZESLmLUH-yPwsR9O3_nEOAZo/s1600/Melamar-Pekerjaan.jpgMendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itupun beralih ke orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan makan siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar kafe itu, ia berjumpa lagi dengan gadis kecil itu dan kembali mendekatinya dan gadis kecil itu pun berkata , “om, sudah seleasai kerja kan? sekarang beli bunganya dong om? pinta gadis kecil itu. “murah kok om. Satu tangaki saja”  tambah gadis kecil itu.

Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda itupun mengambil uang dari sakunya dan memberiakn uang 2000-an kepada gadis kecil itu. Si gadis kecil itu pun mengambil uang tersebut dan memberikan uang tersebut kepada pengemis yang ada di tepi jalan. Si pemuda itupun mersa heran dan sedikit tersinggung.

“kenapa kamu tidak mengambil uang tersebut, malah kamu berikan kepada pengemis itu ? “tanya si pemuda itu. Gadis kecil menjawab “maaf om, saya sudah berjanji pada ibu saya bahwa saya harus menjual bunga- bunga ini dan bukan mendapat uang dari meminta – minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak boleh menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahawa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tadak seberapa tetapi keringat yang menetesdari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itupun akhirnya mengambil dompetnya dan membeli semua bunga- bunga itu. Bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.

Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang kita terima . kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan denagn sungguh – sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Denagn begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan. Sumber : BBM Aliyah Almas Sa’adah

Pasti masih segar di ingatan Anda tetang kisah seorang pengemis bernama “Walang” yang tertangkap razia bersama temannya yang berperan sebagai partner yang berpura-pura sakit. Saat ditangkap, petugas menemukan uang Rp 25.4 juta dalam kantong plastik di dalam gerobaknya. Kalau benar uang itu adalah hasil mengemis selama 15 hari, bisa jadi ini akan melukai banyak orang.

Bayangkan saja seorang manager senior belum tentu bisa mendapatkan gaji 25 juta sebulan apalagi 15 hari. Padahal seorang pengemis tidak harus banting tulang, jungkir balik, kaki jadi kepala kepala jadi kaki seperti hal-nya seorang manager. Tidak harus berangkat jam 5 pagi dan pulang jam 11 malam, seorang pengemis tidak harus diomelin boss setiap hari, tidak harus membuat RKAP tahunan, tidak harus membuat presentasi menarik untuk calon klien, tidak harus menjaga image di mta anak buah, bahkan tidak perlu menjilat atasan untuk menyelamatkan diri dari karir bila diperlukan. Yang harus dilakukan seorang pengemis adalah MEMBUANG HARGA DIRI dan MENENGADAHKAN TANGAN untuk belas kasihan orang lain.

Dan masih banyak lagi kisah sukses pengemis yang kita ketahui, seorang pengemis dengan 2 rumah dan puluhan sapi ternak di kampungnya, seorang pengemis yang menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi terkemuka….! Bahkan cerita yang lebih menyakitkan hati, saat pengemis dan gelandangan di kota bandung akan ditertibkan dan kepada mereka diberikan pekerjaan olah pemerintah setempat dengan gaji UMR! Apa jawaban mereka atas program pemerintah tersebut? Mereka tidak mau dan keberatan untuk meninggalkan profesinya sebagai pengemis, kecuali diberikan gaji Rp 3 juta (busyeeeet). Artinya profesi tersebut lebih menjanjikan daripada sekedar UMR!

Seorang pengemis dengan penghasilan >Rp 25 juta/bulan, sedangkan orang yang memberikan uang atas dasar belas kasian berpenghasilan < Rp 2juta/bulan (IRONIS)

Saya tidak mau berpajang lebar soal pengemis, karena menurut saya itu profesi tapi tidak termasuk pekerjaan, sebagaimana kata “pekerjaan” pada judul di atas, tapi paling tidak kisah diatas cukup memberi pelajaran bagi kita untuk tidak membuang Harga Diri! Lalu bagaimana dengan KORUPTOR? Aah lupakan saja mereka para koruptor (speechless laah).

Ada juga cerita yang sulit dicerna oleh akal pikiran normal kebanyakan orang, termasuk saya. ABDI DALEM. Ya, cerita kehidupan para Abdi Dalem yang ada di keraton Yogyakarta! Bagaimana mereka bekerja dan berkarya untuk keraton dan hanya dibayar Rp 2,000 – Rp 10,000 per bulan, di jaman Sekarang? Sungguh berbanding terbalik dengan cerita kebanyakan orang yang bekerja untuk harta / uang. Tapi itulah nyatanya, setiap orang memaknai bekerja dengan cara pandang yang berbeda-beda!

HAKEKAT PEKERJAAN
Ada pertanyaan yang selalu ditanyakan pada kita saat mengikuti interview pekerjaan! Apa tujuan kamu bekerja? Dan biasanya jawaban klasik kita adalah “mencari uang”/“membantu orang tua”/“cari pengalaman”, dll

Sebenarnya untuk apa kita bekerja? Apakah hanya untuk mencari nafkah? Sekedar agar memiliki status? Untuk mengaktualisasikan diri, atau untuk tujuan lain? Setiap orang bisa saja memiliki tujuan yang berbeda dan memaknai bekerja secara berbeda pula.

Ada yang memaknai bekerja sebagai berkah, sebagai ibadah, sebagai kehormatan, sebagai amanah, dan banyak lagi. Tak jadi masalah apapun makna bekerja buat kita, yang penting pastikan kita memaknainya secara positif, bekerja adalah suatu kesempatan untuk memanifestasikan semua potensi besar yang dibenihkan Tuhan dalam diri saya, sehingga potensi itu tidak sia-sia dan membuat hidup saya lebih berarti.

Lalu apa hakikat bekerja? Bagi saya bekerja adalah melakukan satu atau beberapa hal untuk memberikan kontribusi, dan atas kontribusi itulah kita mendapat imbalan. Apakah sesimpel itu! Iya, sesederhana itu! Kontribusi dibayar dengan imbalan.

Lebih jauh lagi, imbalan tidak semata-mata UANG yang akan membuat kita dihargai secara materi, namun imbalan bisa dalam bentuk emosional seperti tepukan di pundak dari seorang atasan, kekeluargaan dari sesame karyawan, kebersamaan dan lainnya yang semuanya tidak bisa dinilai dengan uang begitu saja. Bahkan bagi kita umat ber-agama, kontribusi dalam pekerjaan dibayar dengan pahala, yang membuat kita bahagia secara spiritual.

KONTRIBUSI
Apa makna kata kontribusi? Ada yang mengatakan kontribusi adalah Segala bentuk tindakan dan pemikiran yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah cita-cita bersama.

Kontribusi adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan tertentu dalam strata social ataupun dalam pekerjaan. Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.

Dalam tingkatan paling rendah, kontribusi adalah mengerjakan pekerjaan sesuai Jobs description, berpatokan jam kerja 9 to 5, itu saja. Sebagian besar orang / karyawan bekerja sesuai perintah, sesuai order, sesuai jam kerja, atau bahkan banyak dari harus berjuang sekedar menggugurkan kewajiban. Tentu dalam tingkatan ini, orang tidak akan bisa berkembang, begitu-begitu saja dan bisa jadi akan mentok karirnya sebagai seorang staf seumur hidup.

Tingkatan selanjutnya, seseorang memberikan kontribusi melebihi seharusnya, tidak sekedar mengerjakan job desk, namun mulai kreatif dengan ide-ide baru, inovasi dan improvisasi sehingga hasil yang diberikan jauh dari target seharusnya, yang artinya kontribusi menjadi lebih besar. Pada tingkatan ini, tidak lagi berhitung wajtu dan tenaga, tapi mereka focus pada result dan mereka percaya bahwa apa yang dilakukan akan kembali pada dirinya. Orang sukses memiliki ciri-ciri seperti ini!

IMBALAN
Kebutuhan dasar dari seseorang dalam bekerja adalah untuk mendapatkan uang. Ini adalah imbalan yang besar-kecilnya sangat ditentukan oleh besarnya kontribusi atau tanggungjawab yang diemban oleh seorang karyawan.
Sudah seharusnya seorang bekerja tidak sekedar mengejar “imbalan materi” semata! Terlalu sempit, terlalu picik! Beberapa cerita di atas menggambarkan mengenai tujuan dari bekerja, tidak hanya sekedar mencari imbalan materi tapi mencari imbalan bentuk lainnya, tidak hanya sekedar mengerjakan pekerjaan yang diberikan tapi juga mengerjakan hal lain selain yang ditugaskan sehingga memberikan kontribusi lebih.

MEMAKNAI BEKERJA SEBAGAI SEBUAH DEDIKASI:
Selama ini dedikasi itu dipahami sebagai sesuatu yang dipersembahkan kepada perusahaan atau orang lain. Seolah-olah dedikasi itu hanya untuk kemanfaatan pihak lain, sedangkan sang pemilik dedikasi hanya menjadi pelaksananya saja. Benarkah demikian? 
 
Jika pemikiran kita masih seperti itu, maka tak seorangpun akan benar-benar tertarik untuk menjadi pribadi yang berdedikasi tinggi. Enak di elu, gak enak di gue! Apalagi kalau menyangkut urusan kantor; asal pekerjaan beres saja sudah merasa cukup berdedikasi. Sudah saatnya untuk mengubah sudut pandang itu. Menurut hemat saya; dedikasi justru sangat bermanfaat bagi pribadi yang memilikinya. Kok bisa? Bagaimana caranya?
 
Inilah 5 cara yang bisa Anda lakukan agar dedikasi yang Anda bangun itu benar-benar bernilai bagi diri Anda sendiri dan pihak lain:
1.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk diri Anda sendiri
Keseluruhan tubuh kita disebut ‘diri’ atau ‘self’ yang maknanya berfokus kedalam, bukan kearah luar. Kita selalu bertanya; “apa manfaatnya untuk saya?” Begitu kita ‘melihat’ manfaat itu; maka kita terdorong untuk melakukan yang terbaik. Bukankah untuk diri sendiri Anda bersedia memberikan yang terbaik? Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk diri Anda sendiri, karena; baik buruknya hasil kerja Anda menentukan kualitas hidup Anda.
 
2.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk orang-orang yang Anda cintai
Mahluk sosial, itu kan sebutan kita? Hampa hidup kita tanpa ada orang lain disekitar kita. Indah hidup kita dengan orang-orang yang kita cintai menemani kita. Bagi para kekasih hati itu, bersediakah Anda melakukan yang terbaik? Pasti. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk orang-orang yang Anda cintai, karena; cinta memberi energi yang nyaris tak terbatas untuk menghasilkan prestasi tinggi. 
 
3.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk Tuhan
Kecuali Anda seorang atheis, pastilah Anda mengimani Tuhan. Kita beriman bahwa Dia mencatat setiap perbuatan dan menyiapkan balasannya. Beranikah Anda melakukan tindakan buruk dibawah pengawasan Tuhan? Terlalu beresiko. Anda pasti ingin dinilai baik dimata Tuhan. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk Tuhan, karena; Tuhan memberi imbalan atas setiap perbuatan dengan harga yang paling tinggi.
 
4.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk Profesi Anda
Pekerjaan berbeda dengan profesi. Coba perhatikan; ketika Anda mengeluh, apakah itu tentang pekerjaan Anda atau tentang profesi Anda? Normalnya, orang mengeluhkan pekerjaannya, bukan profesinya. Inilah profesi yang saya pilih, tapi kenapa ya kerjaannya seperti ini? Jika Anda terfokus kepada pekerjaan, maka Anda akan menemukan banyak hal yang menjengkelkan. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk profesi Anda, karena; kejengkelan dalam pekerjaan sehari-hari tidak akan terasa lagi ketika Anda menjunjung tinggi profesi.
 
5.      Dedikasikan setiap pekerjaan Anda untuk Semesta
Ketika melayani seseorang, lihatlah orang-orang yang tidak terlihat dibelakang mereka. Istri, anak, tetangga, teman, suadara mereka. Saat Anda melayani orang itu dengan baik, dia pulang ke rumah dengan perasaan lega. Lalu dia memperlakukan istri dan anaknya dengan baik. Istri dan anaknya yang senang bersikap baik kepada tetangganya. Lalu tetangganya berlaku baik kepada orang lain yang ditemuinya. Lihatlah, pelayanan Anda kepada satu orang berpengaruh kepada semesta. Maka dedikasikanlah seluruh kemampuan terbaik Anda dalam bekerja untuk semesta, karena; dengan dampaknya yang luas, Anda berpeluang menjadi seorang rahmatan lil’alamin. Berkah bagi seluruh alam.
 
Mengapa saya tidak mengajak Anda untuk mendedikasikan setiap tindakan terbaik Anda kepada perusahaan yang menggaji Anda? Karena dengan menjalankan kelima hal diatas, saya jamin; perusahaan Anda sudah dengan sendirinya mendapatkan manfaat optimal dari sikap Anda. Dan yang lebih hebatnya lagi, dengan ke-5 cara diatas, Anda sendirilah yang terlebih dahulu mendapatkan keuntungannya. Sumber : Bondan S Prasetyadi

Mari Berbagi Semangat! 

Salam SmartLife
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar