Rabu, 21 November 2012

Ketulusan Kasih seorang Ayah

Cerita ini berawal ketika ada seorang anak yang beranjak remaja dan juga ayah dari anak tersebut.  Pada suatu pagi ketika anak dan ayahnya sedang berada di depan rumah, hinggaplah seekor burung gagak di pagar rumah mereka . sang ayah bertanya kepada anaknya. 

“nak, apa itu ?” sang anak menjawab denagn senyuman manis dan nada yang sangat halus , “ ayah, itu dalah seekor burung gagak “.
Kemudian sang ayah kembali bertanya , “ nak, apa itu ?”. sang anak tersenyum dan menjawab , “ ayah, itu adalah burung gagak . “
Sang ayah kembali bertanya . “ nak, itu apa ?”. sang anak merasa heran dan menjawab “ ayah, itu burung gagak “.
Sang ayah bertanya lagi , “ nak, itu burung apa ?”. sang anak merasa kesal dan menjawab dengan nada tinggi .” AYAH, ITU BURUNG GAGAK”.

Mendengar jawaban anaknya, sang ayah langsung masuk rumah dan membuka catatan yang ia tulis 14 tahun lalu, ketika anaknya baru berusia 2 tahun.

Isi catatan itu adalah :
Pada suatu hari, ketika sang ayah sedang mengajak bermain anaknya di depan rumah, hinggaplah seekor burung gagak hitam di pagar rumah mereka .
sang anak pun bertanya pada sang ayah “ ayah, itu apa ? sang ayah menjawab dengan nada yang sangat halus “ anakku , itu adalah burung gagak “.
Sang anak kembali bertanya “ ayah, itu apa ?” . ayah menjawab dengan senyum manis “ nak, itu burung gagak “.
Sang anak tetap bertanya “ ayah, itu apa ?” . sang ayah tersenyum dan menjawabdengan dengan sabar, “ anakku, itu adalah burung gagak”.
Pertanyaan tersebut berulang – ulang disampaikan oleh sang anak, namun sang ayah tetap sabar dan teresnyum menjawab pertanyaan anaknya.
 
Dari catatan ayah dapat kita simpulakan bagaimana perbedaan sebuah sikap yang dilayangkan oleh seorang ayah dan anak. Ayah begitu  sabar merawat kita, segala sifat mulia ia berlakukan kepada kita karena ia tak ingin setetes air mata jatuh dari pelupuk mata kita sebagai anak. Namun, apa perlakuan kita kepada ayah kita ? terkadang kita terlalu egois kepada ayah kita. Perlakuan kasar sering kita layangkan kepadanya. Seakan kita tak pernah memikirkan apa yang ayah rasakan. Tak sadarkah kita, bahwa tetes keringat darinya adalah sebuah perjuangan agar kita dapat bahagia, agar kita bisa mndapat apa yang kita inginkan. Sadarlah, bahwa kita tak bisa hidup tanpa ibu dan ayah kita. Maka janganlah sekali- kali kita memandang lemah orang tua kita. Sesungguhnya mereka telah menghadapi pahitnya kehidupan yang belum tentu bisa kita hadapi. Garis wajahnya telah jelas – jelas menggambarkan kekuatan teramat dasyat. Ia hanya ingin melihat anak - anaknya bahagia.mski ia tidak sebahagia yang kita bayangkan. Sadarlah bahwa kita butuh kembali kepadanya.sebelum ajal menjemputnya , berikanlah kebahgiaan kepada keduanya.hadirkanlah selalu wajahnya dalam setiap sholat yang kita lakukan. Do’akan kebahagiaan untuknya. Doakan agar ALLAH memasukannya kedalam surga atas begitu besar pengorbanan yang ia lakukan untuk kita, anak- anaknya. Merekalah yang telah merawat kita, tanpa keluh kesah . sebelum terlambat , berikanlah kebahagiaan untuknya







Salam SmartLIfe
Aliyah Almas Sa'adah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 21 November 2012

Ketulusan Kasih seorang Ayah

Cerita ini berawal ketika ada seorang anak yang beranjak remaja dan juga ayah dari anak tersebut.  Pada suatu pagi ketika anak dan ayahnya sedang berada di depan rumah, hinggaplah seekor burung gagak di pagar rumah mereka . sang ayah bertanya kepada anaknya. 

“nak, apa itu ?” sang anak menjawab denagn senyuman manis dan nada yang sangat halus , “ ayah, itu dalah seekor burung gagak “.
Kemudian sang ayah kembali bertanya , “ nak, apa itu ?”. sang anak tersenyum dan menjawab , “ ayah, itu adalah burung gagak . “
Sang ayah kembali bertanya . “ nak, itu apa ?”. sang anak merasa heran dan menjawab “ ayah, itu burung gagak “.
Sang ayah bertanya lagi , “ nak, itu burung apa ?”. sang anak merasa kesal dan menjawab dengan nada tinggi .” AYAH, ITU BURUNG GAGAK”.

Mendengar jawaban anaknya, sang ayah langsung masuk rumah dan membuka catatan yang ia tulis 14 tahun lalu, ketika anaknya baru berusia 2 tahun.

Isi catatan itu adalah :
Pada suatu hari, ketika sang ayah sedang mengajak bermain anaknya di depan rumah, hinggaplah seekor burung gagak hitam di pagar rumah mereka .
sang anak pun bertanya pada sang ayah “ ayah, itu apa ? sang ayah menjawab dengan nada yang sangat halus “ anakku , itu adalah burung gagak “.
Sang anak kembali bertanya “ ayah, itu apa ?” . ayah menjawab dengan senyum manis “ nak, itu burung gagak “.
Sang anak tetap bertanya “ ayah, itu apa ?” . sang ayah tersenyum dan menjawabdengan dengan sabar, “ anakku, itu adalah burung gagak”.
Pertanyaan tersebut berulang – ulang disampaikan oleh sang anak, namun sang ayah tetap sabar dan teresnyum menjawab pertanyaan anaknya.
 
Dari catatan ayah dapat kita simpulakan bagaimana perbedaan sebuah sikap yang dilayangkan oleh seorang ayah dan anak. Ayah begitu  sabar merawat kita, segala sifat mulia ia berlakukan kepada kita karena ia tak ingin setetes air mata jatuh dari pelupuk mata kita sebagai anak. Namun, apa perlakuan kita kepada ayah kita ? terkadang kita terlalu egois kepada ayah kita. Perlakuan kasar sering kita layangkan kepadanya. Seakan kita tak pernah memikirkan apa yang ayah rasakan. Tak sadarkah kita, bahwa tetes keringat darinya adalah sebuah perjuangan agar kita dapat bahagia, agar kita bisa mndapat apa yang kita inginkan. Sadarlah, bahwa kita tak bisa hidup tanpa ibu dan ayah kita. Maka janganlah sekali- kali kita memandang lemah orang tua kita. Sesungguhnya mereka telah menghadapi pahitnya kehidupan yang belum tentu bisa kita hadapi. Garis wajahnya telah jelas – jelas menggambarkan kekuatan teramat dasyat. Ia hanya ingin melihat anak - anaknya bahagia.mski ia tidak sebahagia yang kita bayangkan. Sadarlah bahwa kita butuh kembali kepadanya.sebelum ajal menjemputnya , berikanlah kebahgiaan kepada keduanya.hadirkanlah selalu wajahnya dalam setiap sholat yang kita lakukan. Do’akan kebahagiaan untuknya. Doakan agar ALLAH memasukannya kedalam surga atas begitu besar pengorbanan yang ia lakukan untuk kita, anak- anaknya. Merekalah yang telah merawat kita, tanpa keluh kesah . sebelum terlambat , berikanlah kebahagiaan untuknya







Salam SmartLIfe
Aliyah Almas Sa'adah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar