Jumat, 29 Juni 2012

Cegah Kanker dengan Jamur Maitake



 
JAMUR telah lama dikenal sebagai salah satu tumbuhan yang dapat dimakan dan rasanya pun cukup enak. Dalam sejarah masyarakat Cina, jamur dimanfaatkan dalam pengobatan sejak dua ribu tahun silam sehingga jamur tumbuh dengan banyak. Bahkan jenis jamur di sana diperkirakan mencapai 100 ribu.
Jamur memiliki pola hidup yang beraneka ragam. Jamur tidak hanya mendatangkan keuntungan tapi juga dapat menyebabkan kerugian. Beberapa jenis jamur seperti Penicillium dan kerabatnya dimanfaatkan untuk menghasilkan antibiotik. Sering kali jamur juga menyebabkan sejumlah penyakit pada manusia, antara lain panu, kadas dan kurap.

Sekitar pertengahan tahun 1980, Prof. Dr. Niroaki Nanba, Ph.D. salah seorang peneliti jamur terkenal di Jepang, berhasil menemukan manfaat jamur Maitake (Grifola frondosa) sebagai antikanker. Namun sejak awal 1980-an, pemerintah Jepang sebenarnya telah menyetujui tiga jenis ekstrak jamur untuk digunakan sebagai obat kanker.

Masyarakat Jepang sudah menggunakan PSk, yakni ekstrak dari jamur Kawaratake (Coriolus versicolor). Sedangkan jamur lainnya yaitu Lentinan merupakan ekstrak dari jamur Shitake (Lentinus edodes) dan Shizopyllan merupakan ekstrak dari jamur Ling Zhi (Ganoderma lucidum). Jamur Maitake merupakan jamur keempat yang disetujui penggunaannya oleh pemerintah Jepang.

Jamur Maitake selain berkhasiat sebagai obat ternyata juga memiliki rasa yang cukup lezat. Sebagian besar jamur Maitake tumbuh di daerah bagian timur laut Jepang. Secara harfiah, nama Maitake bermakna "jamur menari" (dancing mushroom). Nama itu berawal dari cerita kuno, pertama kali jamur Maitake ditemukan. Pada saat itu, jamur Maitake sangat sulit ditemukan dan harganya sangat mahal. Nilai jamur Maitake setara dengan perak murni. Para pemburu jamur yang menemukannya sering kali kegirangan dan menari-nari ketika berhasil menemukan jamur Maitake. Itulah sebabnya, jamur Maitake dikenal dengan nama "jamur menari".
Sebelum diketahui khasiatnya oleh Prof. Nanba, Maitake hanya dikonsumsi sebagai bahan makanan. Prof. Nanba adalah seorang mikrobiolog dan peneliti khusus jamur dari Kobe Pharmaceutical University di Jepang. Dia meneliti jamur Maitake selama lebih dari 15 tahun setelah jamur tersebut dibudidayakan oleh Yoshinobu Ordaira. Beberapa waktu lalu, Prof. Nanba berkunjung ke Indonesia untuk memperkenalkan penemuannya yang sudah dikemas menjadi produk vitacare.

Berdasarkan hasil penelitian, jamur Maitake diketahui memiliki khasiat mencegah pertumbuhan tumor dan kanker. Penelitian dilakukan di sejumlah klinik di bagian barat Jepang dengan melibatkan 165 penderita kanker dengan stadium II-IV dan berumur antara 25-65 tahun.
Pasien-pasien tersebut menjalani pengobatan dengan jamur Maitake atau disertai dengan kemoterapi. Dari hasil uji klinis menunjukkan bahwa pengobatan dengan jamur Maitake memberikan perbaikan secara nyata. Keefektifan jamur Maitake sebagai antikanker cukup meningkat sebesar 12-27 persen jika dikombinasikan dengan Mitomycin C.

Jamur Maitake mengandung unsur kimia Polisakarida Beta 1.6 Glukon sebagai rantai cabangnya. Unsur inilah yang membedakan jamur Maitake dengan jamur-jamur lainnya yang lebih dulu dimanfaatkan sebagai antikanker. Pada jamur tersebut, unsur kimia yang dikandung hanya Beta 1.3.
Berdasarkan penemuannya, pasien yang mengidap kanker payudara, kanker paru-paru, dan kanker hati memiliki alternatif. Selama ini pasien kanker kebanyakan menjalani operasi dan kemoterapi. Padahal, risiko kedua pengobatan tersebut sangat tinggi dan efek sampingnya besar. Pasien yang menjalani kemoterapi biasanya akan kehilangan sel-sel sehat.

Tingkat keberhasilan jamur Maitake dalam menghambat pertumbuhan kanker payudara lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan dengan jamur Shiitake, 12,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jamur Karawatake, dan 16,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jamur Ling Zhi. Bahkan dengan Ling Zhi berdosis 50 kali lebih besar dan Karawatake berdosis 300 kali lebih besar, efektivitas Maitake tetap lebih tinggi.
Sementara itu, di Indonesia pengobatan kanker dengan jamur Maitake dapat dianggap sebagai alternatif selain dari lima cara standar untuk pengobatan kanker, seperti operasi, radiasi, gen terapi, kemoterapi, dan suntik hormonal.

Khasiat jamur Maitake sangatlah sederhana. Di dalam tubuh manusia, senyawa aktif Polisakarida Beta 1.6 akan mengaktifkan dan meningkatkan produksi sel-sel pembunuh kuman secara alami melalui sistem kekebalan tubuh. Sel-sel T pembantu (CD4) dan makrofag di dalam tubuh akan menjadi aktif. Penggunaan jamur Maitake ini lebih aman dari pengobatan yang lainnya.

Selain itu, Beta 1.6 Glukon yang dikandung Maitake juga dapat mengobati penyakit-penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, hepatitis, dan sindroma kelelahan kronis. Selain itu, jamur Maitake mampu menghambat pertumbuhan HIV (Human Immunnodeficiency Virus) dan meningkatkan aktivitas sel T pembantu (CD4). Seperti diketahui, berkurangnya sel-sel CD4 dalam jumlah besar pada orang yang terinfeksi HIV akan mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). Dengan ekstrak Maitake, kematian sel-sel CD4 dapat dicegah bahkan hingga 97 persen.

Dari penelitian yang dilakukan bersama para dokter di New York, AS, terhadap 26 penderita AIDS, 13 penderita ternyata mengalami peningkatan sel CD4 dengan pesat. Diperlihatkan juga, Maitake dapat menghilangkan gejala-gejala AIDS, seperti batuk kering, insomania, dermatitis, penurunan berat badan, dan sembelit.

Selain itu pula jamur Maitake ini berkhasiat juga bagi mereka yang menderita penyakit tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol/trigliserida, mengatasi penyakit kencing manis (Diabetes Melitus), Chronic Fatigue Syndrome (sindrom kelelahan kronis) dan osteoporosis.*** 

dari berbagai sumber

1 komentar:

  1. Bener nih! Saya juga pernah liat studi klinisnya di sini http://www.lawankanker.org/jamur-maitake-manfaat-dan-khasiat/

    BalasHapus

Jumat, 29 Juni 2012

Cegah Kanker dengan Jamur Maitake



 
JAMUR telah lama dikenal sebagai salah satu tumbuhan yang dapat dimakan dan rasanya pun cukup enak. Dalam sejarah masyarakat Cina, jamur dimanfaatkan dalam pengobatan sejak dua ribu tahun silam sehingga jamur tumbuh dengan banyak. Bahkan jenis jamur di sana diperkirakan mencapai 100 ribu.
Jamur memiliki pola hidup yang beraneka ragam. Jamur tidak hanya mendatangkan keuntungan tapi juga dapat menyebabkan kerugian. Beberapa jenis jamur seperti Penicillium dan kerabatnya dimanfaatkan untuk menghasilkan antibiotik. Sering kali jamur juga menyebabkan sejumlah penyakit pada manusia, antara lain panu, kadas dan kurap.

Sekitar pertengahan tahun 1980, Prof. Dr. Niroaki Nanba, Ph.D. salah seorang peneliti jamur terkenal di Jepang, berhasil menemukan manfaat jamur Maitake (Grifola frondosa) sebagai antikanker. Namun sejak awal 1980-an, pemerintah Jepang sebenarnya telah menyetujui tiga jenis ekstrak jamur untuk digunakan sebagai obat kanker.

Masyarakat Jepang sudah menggunakan PSk, yakni ekstrak dari jamur Kawaratake (Coriolus versicolor). Sedangkan jamur lainnya yaitu Lentinan merupakan ekstrak dari jamur Shitake (Lentinus edodes) dan Shizopyllan merupakan ekstrak dari jamur Ling Zhi (Ganoderma lucidum). Jamur Maitake merupakan jamur keempat yang disetujui penggunaannya oleh pemerintah Jepang.

Jamur Maitake selain berkhasiat sebagai obat ternyata juga memiliki rasa yang cukup lezat. Sebagian besar jamur Maitake tumbuh di daerah bagian timur laut Jepang. Secara harfiah, nama Maitake bermakna "jamur menari" (dancing mushroom). Nama itu berawal dari cerita kuno, pertama kali jamur Maitake ditemukan. Pada saat itu, jamur Maitake sangat sulit ditemukan dan harganya sangat mahal. Nilai jamur Maitake setara dengan perak murni. Para pemburu jamur yang menemukannya sering kali kegirangan dan menari-nari ketika berhasil menemukan jamur Maitake. Itulah sebabnya, jamur Maitake dikenal dengan nama "jamur menari".
Sebelum diketahui khasiatnya oleh Prof. Nanba, Maitake hanya dikonsumsi sebagai bahan makanan. Prof. Nanba adalah seorang mikrobiolog dan peneliti khusus jamur dari Kobe Pharmaceutical University di Jepang. Dia meneliti jamur Maitake selama lebih dari 15 tahun setelah jamur tersebut dibudidayakan oleh Yoshinobu Ordaira. Beberapa waktu lalu, Prof. Nanba berkunjung ke Indonesia untuk memperkenalkan penemuannya yang sudah dikemas menjadi produk vitacare.

Berdasarkan hasil penelitian, jamur Maitake diketahui memiliki khasiat mencegah pertumbuhan tumor dan kanker. Penelitian dilakukan di sejumlah klinik di bagian barat Jepang dengan melibatkan 165 penderita kanker dengan stadium II-IV dan berumur antara 25-65 tahun.
Pasien-pasien tersebut menjalani pengobatan dengan jamur Maitake atau disertai dengan kemoterapi. Dari hasil uji klinis menunjukkan bahwa pengobatan dengan jamur Maitake memberikan perbaikan secara nyata. Keefektifan jamur Maitake sebagai antikanker cukup meningkat sebesar 12-27 persen jika dikombinasikan dengan Mitomycin C.

Jamur Maitake mengandung unsur kimia Polisakarida Beta 1.6 Glukon sebagai rantai cabangnya. Unsur inilah yang membedakan jamur Maitake dengan jamur-jamur lainnya yang lebih dulu dimanfaatkan sebagai antikanker. Pada jamur tersebut, unsur kimia yang dikandung hanya Beta 1.3.
Berdasarkan penemuannya, pasien yang mengidap kanker payudara, kanker paru-paru, dan kanker hati memiliki alternatif. Selama ini pasien kanker kebanyakan menjalani operasi dan kemoterapi. Padahal, risiko kedua pengobatan tersebut sangat tinggi dan efek sampingnya besar. Pasien yang menjalani kemoterapi biasanya akan kehilangan sel-sel sehat.

Tingkat keberhasilan jamur Maitake dalam menghambat pertumbuhan kanker payudara lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan dengan jamur Shiitake, 12,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jamur Karawatake, dan 16,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jamur Ling Zhi. Bahkan dengan Ling Zhi berdosis 50 kali lebih besar dan Karawatake berdosis 300 kali lebih besar, efektivitas Maitake tetap lebih tinggi.
Sementara itu, di Indonesia pengobatan kanker dengan jamur Maitake dapat dianggap sebagai alternatif selain dari lima cara standar untuk pengobatan kanker, seperti operasi, radiasi, gen terapi, kemoterapi, dan suntik hormonal.

Khasiat jamur Maitake sangatlah sederhana. Di dalam tubuh manusia, senyawa aktif Polisakarida Beta 1.6 akan mengaktifkan dan meningkatkan produksi sel-sel pembunuh kuman secara alami melalui sistem kekebalan tubuh. Sel-sel T pembantu (CD4) dan makrofag di dalam tubuh akan menjadi aktif. Penggunaan jamur Maitake ini lebih aman dari pengobatan yang lainnya.

Selain itu, Beta 1.6 Glukon yang dikandung Maitake juga dapat mengobati penyakit-penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, hepatitis, dan sindroma kelelahan kronis. Selain itu, jamur Maitake mampu menghambat pertumbuhan HIV (Human Immunnodeficiency Virus) dan meningkatkan aktivitas sel T pembantu (CD4). Seperti diketahui, berkurangnya sel-sel CD4 dalam jumlah besar pada orang yang terinfeksi HIV akan mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). Dengan ekstrak Maitake, kematian sel-sel CD4 dapat dicegah bahkan hingga 97 persen.

Dari penelitian yang dilakukan bersama para dokter di New York, AS, terhadap 26 penderita AIDS, 13 penderita ternyata mengalami peningkatan sel CD4 dengan pesat. Diperlihatkan juga, Maitake dapat menghilangkan gejala-gejala AIDS, seperti batuk kering, insomania, dermatitis, penurunan berat badan, dan sembelit.

Selain itu pula jamur Maitake ini berkhasiat juga bagi mereka yang menderita penyakit tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol/trigliserida, mengatasi penyakit kencing manis (Diabetes Melitus), Chronic Fatigue Syndrome (sindrom kelelahan kronis) dan osteoporosis.*** 

dari berbagai sumber

1 komentar:

  1. Bener nih! Saya juga pernah liat studi klinisnya di sini http://www.lawankanker.org/jamur-maitake-manfaat-dan-khasiat/

    BalasHapus